Tanah Lampung yang permai menyejukkan para pemancing yang baru datang dari Cirebon. Perjalanan darat dari Bakauheni berlanjut setelah menaiki kapal penyeberangan Selat Sunda ke Dermaga Pelelangan ikan Lempasing. Dibutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk bisa sampai ke tempat bersandarnya KM Berdikari IX. Kapal tersebut menjadi kendaraan di atas laut yang dipilih untuk membawa rombongan memancing ke beberapa spot disekitar Sea Mount Reef. 

Pukul 07:00 WIB hari Jumat (13/3), rombongan tiba di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lempasing. Gerak cepat dilakukan Anak Buah Kapal (ABK) yang sudah menunggu di atas kapal dengan Jogjakarta membawakan segala macam barang bawaan serta menyiapkan beberapa keperluan selama tiga hari di laut. Kesigapan dari pelayanan KM Berdikari tidak perlu dipertanyakan lagi. Di kalangan para pemancing, KM ini terkenal akan kinerja kapten dan ABK yang selalu membuat para pemancing nyaman. Kapal dengan satu buah kamar berkapasitas 6 orang dan berpendingin udara sangat nyaman bagi grup pemancing. Di bagian belakang, kamar terbuka juga dibuat agar pemancing tidak perlu jauh-jauh ke kamar depan jika ingin tidur.

Perjalanan dari Lempasing menuju spot mancing di Perairan Samudera Hindia memerlukan waktu sekitar 8 jam. Cuaca pada hari pertama di Lampung cukup bersahabat. Ombak tenang, angin berhembus ringan dan langit terang. Sepertinya trip kali ini akan menjadi perjalanan mancing yang menyenangkan.

Tiba di Sea Mount Reef
Bel berdering tanda panggilan kapten kepada ABK untuk segera menurunkan jangkar. Tepat pukul 15:00 WIB, kami tiba di SMR. Sebelum matahari terbenam, tim sontak memainkan jorannya masing-masing. Dengan bantuan ABK, umpan cumi  segar dan irisan tongkol disangkutkan ke mata kail. Tehnik dasaran pun dimainkan. Arus yang tenang menjadi alasan tim memakai timah dengan ukuran yang tidak terlalu besar antara J7-J9. Disisi belakang kapal, Marshal dari Jogjakarta mencoba memainkan jigging. Sementara di dek, kapten Dartim, Dadang dan Ari Wibawanto yang merupakan pengawas kapal mencoba memainkan cast jig. Beberapa kali terlihat metal jig terlempar dari atas kapal. Namun sudah lebih dari tiga puluh menit waktu berlalu, belum juga ada tanda-tanda penghuni laut. Kapten Dartim kemudian berdiskusi dengan pengawas kapal dan memilih untuk bergeser masih di sekitar spot SMR.

Matahari mulai meredup semburat jingga menghiasi cakrawala. Kembali tim menurunkan umpan di spot yang baru. Benar saja, tak berapa lama kemudian Ayi Permana memulai strike perdana.

Ayi perdana strike
Ayi perdana strike

Jorannya menghentak-hentak, umpannya disambar seekor Kerapu. Meski hanya 1 Kg, namun perlawanan ikan mampu membuat Ayi kewalahan. Hanya berselang 15 menit kemudian, Uuy Sutana merasakan perlawanan ikan dari sisi depan kapal. Strike!! Dengan kekuatan penuh dan berhati-hati, pemancing asal Cirebon tersebut mencoba menaklukkan ikan. Rupanya seekor ikan Kadal Ijo berhasil ia naikkan ke atas kapal. Nama yang aneh mengambil dari warna kulitnya yang hijau, sebutan lainnya ialah Kurisi Hijau (Green Jobfish).

Sesuai dengan namanya, Sea Mount Reef merupakan perairan yang di dalamnya terdapat karang gunung. Pada prinsipnya apa yang dinamakan sea mount reef sama dengan gunung yang terlihat di daratan. Hanya saja di SMR puncak gunungnya tidak sampai timbul melewati permukaan air laut seperti Gunung Krakatau.
“Setiap puncak dari gunung dalam laut tersebut biasanya ditempati ikan-ikan untuk mencari makan dan bertelur. Jadi jelas, bila mendapatkan koordinat yang tepat, maka pemancing bisa mendapatkan hasil yang maksimal,” jelas Jimmy Koswara, pegiat mancing asal Bekasi.

Predator Bawah Laut

Lilik menyusul Arif yang terlebih dahulu mendapatkan GT
Lilik menyusul Arif yang terlebih dahulu mendapatkan GT

Awal mula yang menyenangkan dirasakan para pemancing setelah Giant Trevally perdana berhasil didapatkan oleh Lilik. Walau bobotnya tak begitu besar, namun ikan yang juga disebut ikan Kuweh ini pasti memberikan perlawanan yang agresif ketika merasa terancam. Pemancing dibuat kewalahan tak karuan saat fight dengannya. Tenaga penuh coba Lilik keluarkan, sambil memutar ril secara perlahan seirama dengan pergerakan joran naik dan turun. Ketika ikan sudah mulai terlihat, ABK mengambil gancu guna mengangkat ke atas kapal. Lilik puas bersorak bersama pemancing lainnya.

Pertunjukkan kembali dimulai. Di sisi belakang kapal, Iman strike. Jika dilihat dari tarikannya yang kuat nampak ia mendapatkan ikan berbobot besar. Seluruh kekuatan Iman keluarkan demi menaklukkan ikan ini. Ketika semangatnya semakin membara, nahas, jorannya patah. Namun ikan masih tetap bisa dinaikkan ke atas kapal. Ternyata seekor Tuna Gigi Anjing (Dog Tooth) berukuran sekitar 10 Kg. Iman tetap puas dengan aksinya tersebut walau harus mengorbankan joran yang patah. Tak berselang lama, Ayi pun ikut strike. Bertanya-tanya ikan apa yang didapat, ternyata seekor GT berbobot sekitar 5 Kg tersangkut mata pancingnya.

Malam mulai menjelang masih di spot yang sama namun rasa lelah tak menurunkan semangat para pemancing. Sementara tim sibuk bermain dasaran dan jigging seperti yang diperlihatkan oleh Marshal. Dari sisi kiri kapal suara sorak terdengar saat Ucok kewalahan dengan jorannya yang melengkung tajam. Strike!!! Dengan hati-hati Ucok terus mencoba menaklukkan perlawanan ikan. Ia sempat kesulitan menjaga keseimbangannya sambil menahan joran. Kerapu dengan bobot lebih dari 12 Kg berhasil didaratkan Ucok. Tiga puluh menit setelah Ucok strike Kerapu, Zaky Zaman menunjukkan kelasnya sebagai pemancing kawakan. Ia berhasil mendapatkan Dog Tooth menggunakan tehnik ngoncer. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk menjinakkan perlawanan ikan agresif itu. Ketika sudah dinaikkan ke atas kapal, ternyata Dog Tooth perolehannya menjadi ikan terberat mengalahkan Kerapu milik Ucok.

Pertarungan melawan GT
Cahaya matahari pagi di hari kedua membangunkan tim yang lelah mancing semalaman. Kondisi laut yang teduh dan datar membuat Kapten Dartim membawa kapal bergeser ke spot Gosong Pasir. Pagipagi sekali sekitar pukul 06.30 WIB, tim masih punya semangat yang sama seperti pertama kali mereka datang. Tehnik dasaran coba kembali dimainkan oleh Dimas yang mancing di sisi kanan kapal. Secara beruntun, ia berhasil menaikkan dua ekor Cablak beserta Kurisi merah dalam selang waktu 10 menit. Perolehan ini tidak mengherankan mengingat Dimas merupakan pemancing rumpon yang tidak diragukan lagi kemampuannya.

Dimas sedang melakukan pertarungan melawan GT
Dimas sedang melakukan pertarungan melawan GT

Pukul 08:30 WIB, kapten kembali memilih untuk membawa para pemancing menuju spot lainnya yaitu disekitar karang dengan kedalaman air sekitar 115 meter. Di spot tersebut banyak ditempati oleh ikan-ikan seperti Cablak, Kurisi, dan lain-lain. Baru saja kapal ingin berpindah, tiba-tiba dari sisi depan kapal Lilik mendapat kejutan. Strike!!! Jorannya melengkung tajam. Dari depan, ia dengan sabar menuruti keinginan ikan yang berenang ke belakang kapal. Tak berapa lama, Arif juga ikut merasakan jorannya ikut ditarik ikan. Ia sempat mengira bahwa kailnya tersangkut benang joran milik Lilik. Namun ternyata dua ikan berbeda memakan umpan kedua pemancing.

Baik Lilik maupun Arif mencoba menuruti kemuan ikan yang berputar dari depan ke belakang, kiri ke kanan kapal sambil mereka mengunci drag dan terus menggulung benang. Dilihat dari pergerakannya yang agresif, nampaknya ikan yang tersangkut pada mata kail mereka adalah Giant Trevally. Pertarungan antara kedua pemancing tersebut terhadap masing-masing buruannya berlangsung cukup sengit, hingga mereka kelelahan minta minum. Ikan juga akhirnya kelelahan dan menyerah. Arif lebih dahulu berhasil menaikkan GT dengan berat sekitar 13 Kg. Sedangkan Lilik baru bisa berpose dengan GT hasil tangkapannya tak berapa lama setelah Arif mengabadikan gambar. GT milik Lilik hanya terpaut 1 Kg lebih kecil dari Arif.

Pesta Wakung Sawo dan Salem
Setelah matahari terbenam di malam terakhir trip, para pemancing lebih memilih santai dengan bermain dasaran. Walau santai, tim tetap bersemangat saat kail mereka tersangkut mulut ikan dan mengangkat ke atas kapal. Rata-rata, tim para pemancing mendapatkan Kakap Merah, Kurisi dan Kerapu dengan ukuran table size.

Sedang asyik mengobrol, tiba-tiba kekacauan terjadi saat joran seluruh pemancing bergerak melengkung. Karena semakin kacaunya suasana dan perlawanan ikan juga tak mudah diatasi membuat benang joran para pemancing tersangkut satu sama lain. Dimas yang bersebelahan dengan Marshal di sisi kanan kapal harus mengeluarkan tenaga ekstra. Akhirnya usaha mereka membuahkan hasil, Dimas berhasil mengangkat seekor Kerapu dan Marshal mendapatkan Salem.

Memasuki pukul 08:00 WIB, kapten kembali memutar kapal. Menurut pengamatan pengawas kapal, spot Gosong DF (spot disekitar SMR –red) malam ini cocok untuk mencari Wakung Sawo. Permukaan lautnya datar, angin juga tak terlalu kencang. Para pemancing berharap malam ini mendapatkan buruan yang besar. Benar saja, semua pemancing sukses mendapatkan Salem dan Kakap Merah. Mereka pikir ini merupakan sebuah tanda dimulainya kejutan di malam hari terakhir trip.

Hari terakhir sepertinya harus dimaksimalkan para pemancing yang tak pernah lelah menunggu buruannya. Andai saja malam itu tim lebih memilih untuk santai-santai, mungkin tak akan ada yang namanya panen ikan atau jackpot ikan terbesar. Beruntung para pemancing merupakan petarung yang tangguh. Setiap pemancing fokus dengan jorannya, sampai akhirnya Hendra merasakan tarikan ikan. Strike!!! Ya, seekor Dog Tooth lebih dari 5 Kg memakan umpan milik Hendra.

Bukannya kelelahan, memasuki dini hari justru para pemancing semakin terlihat garang. Silih berganti strike terjadi. Perkiraan Ari Wibawanto mengenai bagusnya potensi ikan di Gosong DF ternyata benar. Baru saja menurunkan umpan, tim tak hentihentinya strike. Kali ini ikan Wakung Sawo dan Salem mendominasi hasil tangkapan tim.

Ucok berpose dengan GT berukuran 17,50 Kg
Ucok berpose dengan GT berukuran 17,60 Kg

Dari sisi depan kapal, suara keras terdengar. “Strike!!” teriak Ucok. Melihat kuatnya tarikan dari dasar laut, pemancing lain mengalah dengan mengangkat joran mereka. Peluh keringat deras mengalir dari tubuh Ucok yang menuruti perlawanan ikan dari depan, ke belakang penuh sabar dan tak kenal menyerah. ABK kemudian bersiap dengan gancunya dan ternyata babon GT berhasil naik ke dek. Dan GT yang diperoleh Ucok ini merupakan ikan terberat dengan bobot 17,60 Kg mengalahkan Dog Tooth 15 Kg milik Zaky Zaman. Perolehan tersebut menjadi kebanggan tersendiri bagi Ucok yang mendapatkan pengalaman perdana menarik GT di perairan Gosong DF. Wajah sumringah bercampur lelah diperlihatkannya saat bidikan kamera mengabadikan momen berharganya itu.

Tak terasa malam berganti pagi. Seberkas cahaya terang menyinari hari terakhir trip tanda cuaca akan cerah seharian. Pukul 06:00 WIB tim memilih untuk menyudahi trip ini dan membersihkan piranti-piranti mancing mereka. Masing-masing pemancing dibantu ABK merapihkan peralatan mereka ke dalam boks. Namun tidak dengan piranti trolling. Karena jarak menuju darat perlu waktu 7-8 jam, tim memutuskan masih memainkan trolling berharap ada ikan besar yang didapatkan kembali.

Sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar bunyi ril yang berputar dari trolling-an di belakang kapal. Dengan cepat Jimmy sebagai pemancing terdekat dengan trolling tersebut mengambil fight melawan ikan. Mendengar bel berbunyi dari dek belakang, kapten Dartim langsung memberhentikan laju kapal. Pertarungan cukup sengit diperlihatkan Jimmy yang meminta dipasangkan sabuk penopang joran. Ya, seekor Lemadang nan cantik rupanya tergoda memakan live bait yang dipasangkan pada joran trolling.

Sesaat kapal mulai memasuki perairan Lempasing pukul 12:30 WIB, tim bergegas membersihkan diri dan menyiapkan barang-barang bawaan. Sementara ABK juga membersihkan seluruh dek kapal agar selalu terjaga kebersihannya. Selesai bersihbersih, ABK lainnya menyediakan hidangan siang masih dengan menu ikan goreng dan sup ikan yang menyegarkan.

Ikan-ikan hasil tangkapan kemudian dijajarkan di bagian depan kapal berdasarkan beratnya. Perolehan tim kali ini bisa dibilang sukses karena berhasil mendapatkan ikan dengan jumlah lebih dari 6 boks besar. Diantara tangkapannya ialah ikan seperti GT, Kerapu, Wakung Sawo, Dog Tooth, serta Salem yang merupakan ikan dengan jumlah terbanyak.

Daratan Lempasing mulai terlihat jelas dengan barisan kapal- kapal nelayan yang bersandar. Sesampainya di darat, ABK meletakkan ikan hasil tangkapan ke dalam boks kemudian membawanya ke mobil. Karena waktu sudah sore, tim memutuskan segera melanjutkan perjalanan ke Bakauheni guna menyeberang kembali ke daratan Jawa untuk pulang ke Jakarta dan berlanjut ke Cirebon. –Rico Prasetio

Similar Posts