Pulau Dewata, Bali, gaung namanya sudah sangat mendunia. Mungkin masuk daftar teratas tujuan wisata bagi para pelancong. Bali mahsyur akan wisata pantai serta budaya, namun pulau di gugusan sunda kecil ini faktanya menyimpan potensi mancing tak kalah hebat. Perairan yang mengapit di utara dan selatan ikut pula mendorong kian berkembangnya kegiatan mancing di sana. Pegiatnya kian aktif, menjelajah setiap spotspot potensial yang ada. Wadah komunikasi berbentuk komunitas dan grup juga didirikan para pemancing, salah satunya Mancing Mania Bali Club (MMBC).

Peran komunitas, dengan aktifitas para anggotanya merupakan unsur yang paling masuk akal dalam membantu mempromosikan wisata mancing di Bali, paling tidak menjadi satu kesatuan dari wisata pantainya. Bagaimana MMBC sebagai wadah pemancing di sana turut membantu mempromosikan wisata tersebut? Simak wawancara kami dengan I Gede Panca, admin MMBC berikut ini:

Apa tujuan awal membentuk komunitas ini?
Mempererat tali silaturahmi, atau dalam bahasa Bali disebut ‘Menyama Braya’ merupakan tujuan utama MMBC ini didirikan. Komunitas ini pada intinya bertujuan menjadi wadah komunikasi para pemancing di Bali dan sekitarnya, guna saling memberi info beragam kegiatan mancing. Sama seperti komunitas mancing pada umumnya, MMBC benar-benar memanfaatkan keberadaan sosial media sebagai sarana berkomunikasi guna ‘merangkul’ pemancing dari wilayah lain di Bali, yang sekiranya belum ada waktu untuk bertatap muka, bisa tetap menjaga silaturahmi.

Beragam kebutuhan mancing para anggota yang bergabung di dalam grup Facebook dirasa akan sangat membantu mereka, karena MMBC juga mempersilahkan para pemancing untuk menjajakan barang dagangan mereka di grup tersebut. Intinya MMBC didirikan untuk mempermudah para pemancing.

Bagaimana potensi mancing yang ada di Bali?
Bali merupakan provinsi yang dikelilingi laut, tidak hanya wisata pantai yang sudah mahsyur di dunia, potensi di area karang-karang laut dangkal hingga dalamnya menjadi habitat utama ikan-ikan predator. ‘Markas’ predator Trevally ada di Batuabah, dimana popping menjadi metode pancing andalan guna mengusik keberadaan ikan yang akan menyambar umpan di permukaan laut. Toyapakeh, Swana dan Billabong sangat cocok untuk bermain dasaran dengan target Kurisi Ekor Panjang, Kurisi Bagong dan Kerapu Setan. Untuk spot Swana, aplikasi jigging juga bisa digunakan, dimana rata-rata jig yang digunakan yaitu berukuran 700 gram hingga 1 kilogram pada kedalaman 150-250 meter dengan kondisi arus laut yang deras.

Tianyar, Karangasem yang banyak ditemukan rumpon Mahi-mahi (Lemadang) yang dalam bahasa Bali disebut Tumpek, cocok untuk mengaplikasikan teknik trolling. Sementara spot Sanur dengan teknik dasaran akan menawarkan sensasi tarikan Amberjack, Nyom-nyom serta Kurisi Bali. Sementara target prestisius seperti Tuna, Buleleng adalah tempatnya. Spot-spot tersebut kerap didatangi oleh rekan-rekan MMBC.

Hal unik yang jadi ciri khas di Bali adalah penggunaan kapal tradisional (jukung) yang mayoritas ditemui di berbagai lokasi di Pulau Dewata.

Walaupun kapal tradisional, namun jukung di Bali mayoritas sudah memfasilitasi diri dengan alat Global Positioning System (GPS) untuk menentukan koordinat.

Sementara untuk spot freshwater, daerah Kintamani jadi lokasi yang sangat potensial dengan target Gabus. Di bawah Gunung Batur Desa tersebut 3 tahun silam, seorang pemancing pernah mendapatkan seekor Gabus berbobot lebih kurang 10 kg.

Bagaimana upaya MMBC mengkoordir anggotanya dalam memaksimalkan potensi mancing tersebut?
Upaya arahan dari pengurus kepada para anggota MMBC dalam memberikan penyuluhan serta visi dan misi merupakan langkah awal sebelum eksplorasi mancing dilakukan. Penyuluhan bisa berupa share info kondisi terkini spot potensial serta perkembangan teknologi dari kegiatan mancing.

Tanggung jawab sosial dalam menjaga alam juga terus menerus dikampanyekan MMBC agar ekosistem mancing di Bali tetap terjaga sehingga kegiatan mancing di Bali bisa terus berkembang pesat. Kami juga terus bersosialisasi dengan komunitas pemerhati lingkungan seperti Wild Water Indonesia. Tentu malu rasanya jika kita (MMBC) sebagai tuan rumah mendapati berbagai ‘kerusakan’ menggerogoti Bali.

Bagaimana dukungan pemerintah perihal kegiatan memancing di Bali secara umum?
Bali sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia jelas selalu mendapat dukungan dari pemerintah. Beragam dukungan dalam upaya merangsang wisata mancing pun dilakukan, seperti mengadakan perlombaan mancing berskala nasional baik di laut maupun darat oleh dinas-dinas terkait yang bekerjasama dengan komunitas mancing setempat secara rutin.

Upaya ini jelas mendatangkan efek positif ke berbagai sektor kehidupan di Bali karena mampu mendatangkan wisatawan. Beberapa pemerintah daerah dan dinas terkait di Bali, sebut saja di Karangasem, berlomba-lomba mendukung setiap penyelenggaraan acara mancing. Selain itu, Bali juga kerap dijadikan lokasi pertemuan negara-negara dunia dalam membahas isu-isu lingkungan, dimana efeknya pasti terasa secara langsung terhadap alam di Pulau Dewata.

Apa harapan MMBC terhadap geliat mancing di Bali kedepannya?
Kami semua tentu berharap kegiatan mancing bisa berkembang semakin pesat di Bali, sehingga mancing, kedepannya bisa menjadi destinasi utama para wisatawan lokal maupun mancanegara. Atau paling tidak, mancing bisa dijadikan sebagai salah satu rangkaian kegiatan liburan para wisatawan yang akan datang ke Bali. Tentu cita-cita ini memerlukan sinergi seluruh elemen masyarakat. MMBC sebagai wadah komunikasi pemancing di Bali pun turut mendukung berkembangnya geliat mancing di Pulau Dewata dengan berbagi info dan memandu rekan-rekan pemancing dari luar pulau dalam mengeksplorasi spot-spot potensial di Bali.– Rico Prasetio

Similar Posts