Bagi Pegiat Mancing, Handeleum tidak hanya sekedar lokasi target perburuan kakap merah bakau (Mangrove Jack). Namun lebih dari itu, pesona alam yang disajikan memberikan kenikmatan tersendiri seperti sebuah hadiah dikala merasakan strike bagi pegiat casting.
Handeleum merupakan pulau terbesar yang terletak di antara gugusan pulau-pulau kecil yang berada di ujung timur laut pantai semenanjung Ujung Kulon. Pulau Handeuleum memiliki luas sekitar 220 Ha dan dikelilingi jajaran mangrove, seolah menjadi batas bagi satwa penghuni seperi rusa dan ular piton. Pulau Handeleum tidak hanya menyuguhkan keindahan pesona alamnya, namun keragaman hayati bawah airnya juga menjadi daya tarik pegiat mancing di nusantara maupun internasional. Handeleum memiliki kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik, tak dipungkiri kalau pulau ini menyimpan banyak spot yang patut dicoba oleh para pegiat mancing.
Terjaganya ekosistem di pulau ini dari muara hingga terumbu karangnya tentu menjadikan daerah ini menjadi sarang dari berbagai macam spesies ikan. Spesies Kakap Merah Bakau (Mangrove Jack), ikan Sumpit, beberapa Kerapu dan ikan Kuwe (Giant Trevally) merupakan target potensial bagi kami selama mengeksplorasi Muara Pulau Handeleum.
Tiba di Pandeglang Sedikit demi sedikit matahari mulai menampakkan wajahnya di Pandeglang. Di Kabupaten ini kami berkumpul sebelum melanjutkan perjalanan menuju Harapan Jaya, Ujung Kulon. Perencanaan sudah kami buat sebelumnya seperti menggunakan 5 (lima) jukung untuk menuju Pulau Handeleum seraya mengeksplorasi muara-muara yang kami lewati.
Menelusuri muara menggunakan jukung di Pulau Handeleum merupakan kegiatan wild fishing yang luar biasa layaknya kita berada di Sungai Amazon. Kehadiran predator seperti buaya muara ataupun ular yang melilit di dahan-dahan pohon bukanlah hal aneh lagi saat para pemancing harus ekstra hati-hati jika berhadapan dengan kondisi ini, disarankan mengurangi pergerakan dan menghentikan segala aktifitas.
Namun rencana tersebut berubah karena waktu yang menunjukkan pukul 07.00 WIB saat kami tiba. Gelombang agak besar dan sangat beresiko juga menjadi alasan akhirnya kami tidak menggunakan jukung untuk menuju Pulau Handeleum. Akhirnya kami memutuskan agar jukung jalan lebih dahulu dan kami pun ke Pulau Handeleum dengan menggunakan kapal yang lumayan besar guna mengurangi resiko yang terjadi.
Kurang lebih lima jam waktu yang kami tempuh untuk menuju Pulau Handeleum. Makan siang menjadi awal perburuan kami di pulau ini seraya menyiapkan piranti mancing serta jukung-jukung yang akan kami tumpangi. Setelah makan siang, jukung-jukung dan piranti mancing kami telah siap, kami pun melakukan perburuan meskipun cuaca hujan.
Namun, karena posisi kami di pulau maka gelombang tidak besar akan tetapi air muara keruh dan hujan yang turun menyebabkan perburuan kami di hari pertama ini kurang begitu baik. Kami hanya mendapatkan strike GT, Barakuda dan Kerapu, target buruan kami MJ tidak tercapai. Cuaca buruk memang menjadi salah satu penentu keberhasilan penangkapan ikan ini.
Musim panas menjadi pilihan waktu terbaik untuk menangkap MJ, baik dilakukan siang atau malam hari serta air surut atau beranjak pasang. Sebagai predator, ikan ini sering tinggal di sekitar akar-akar pohon bakau, pohon-pohon tumbang, tumpukan batu dan di daerah yang terdapat banyak ikan-ikan kecil, kepiting dan udang yang menjadi makanan utamanya.
Seperti namanya, Mangrove Jack (MJ) merupakan ikan yang berhabitat di perairan muara di antara rindang hutan-hutan bakau. Ikan ini tersebar di Pulau Jawa mulai dari ujung timur hingga barat, salah satunya di Pulau Handeleum, Banten. Handeleum memiliki potensi MJ yang melimpah, sebab rimbunnya pohon bakau serta tenangnya air di sepanjang muara adalah kondisi terbaik bagi MJ.
Manggrove Jack terkenal sangat agresif, memiliki tenaga yang kuat dan merupakan perenang yang cepat. Hal ini yang menjadi alasan pegiat mancing memfavoritkan MJ terutama saat mengeksplorasi Pulau Handeleum.
Tak terasa kurang lebih lima jam waktu yang kami habiskan untuk berburu MJ dan lainnya. Kami pun merapat ke pulau Handeleum, dan segera bersih-bersih yang kemudian dilanjutkan dengan makan malam. Hangatnya pisang goreng menemani kami menghabiskan malam ini seraya bersenda gurau.
Sensasi Strike Ikan Sumpit
Keesokan paginya, setelah sarapan kami pun segera melanjutkan perburuan kami. Jukung pun mulai dilajukan dan diarahkan ke muara-muara sekitaran Handeleum. Air yang masih keruh dan cuaca hujan tidak memutus semangat kami melakukan perburuan target kami. Hingga akhirnya strike, ada beberapa diantara kami yang berhasil mandapatkan beberapa ikan MJ dan ikan Sumpit.
Ikan Sumpit meski tergolong ikan hias, namun memiliki keistimewaan tersendiri bagi pegiat mancing. Dengan memiliki warna tubuh putih keperakan berhiaskan enam garis hitam yang terlihat dari mata hingga ekornya. Yang menambah kecantikan dari ikan ini ialah warna hijau kekuningan yang membias pada bagian ekornya. Ikan ini banyak ditemukan di Sumatera Selatan dan sekitar Ujung Kulon dengan habitat perairan payau muara dan mangrove. Dengan wujudnya yang- kecil dan pipih, ikan ini dapat bergerak gesit terutama saat akan meloncat untuk menyampan mangsanya. Umumnya ikan ini memiliki ukuran 5-10 cm, namun untuk spesies Toxotes Chatareus bisa mencapai ukuran 40 cm (16 in).
Hingga akhirnya waktu akan menunjukkan pukul 12.00 WIB, kami pun merapat ke Pulau Handeleum untuk makan siang. Setelah makan siang kami pun membereskan barang-barang dan bergegas ke jukung masing-masing.
Dalam perjalanan pulang ini kami tidak melewatkan untuk mengeksplorasi muara-muara yang ada, namun karena air yang keruh kami hanya mendapat beberapa tarikan ikan saja.
Empat jam waktu berlalu, jukung kami pun segera melaju untuk mengakhiri perburuan dan segera menuju Harapan Jaya. –Sugeng Poerba.