Serbuan Tuna Tanah Rencong

Serbuan Tuna Tanah Rencong

Bagikan:

Dengung mesin burung besi yang baru saja mendarat memecah kehampaan cakrawala Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Aceh. Pesawat terbang yang berangkat dari Ibukota tersebut berisi beberapa orang pemancing yang sengaja datang untuk menjawab rasa penasaran mereka terhadap agresivitas ikan di perairan ujung Barat Indonesia ini.

Spot di perairan AceH selalu mengahsirkan daya tarik wisata bahari maupun pemancing.
Spot di perairan AceH selalu mengahsirkan daya tarik wisata bahari maupun pemancing.

Spot-spot mancing di Laut Tanah Rencong berlimpah untuk ditaklukkan, sebut saja perairan sekitar P. Rondo, Laut Utara, Simeuleu, atau Sabang yang berada di P. Weh. Diskusi Amin Ginting, Ardimansyah, Ameng, Agus Nugroho, Azwar Firli, Witjaksono, Aantoso dan rekan-rekan yang lainnya sebelum berangkat menyetujui bahwa perairan Rondo hingga laut utara merupakan spot yang menjadi arena trip mancing mereka kali ini.

Sore hari yang cerah, pukul 16:00 WiB, rombongan tiba di Banda Aceh. Mereka memilih untuk istirahat sebentar sambil menunggu jemputan dari salah seorang kenalan disana. Segala keperluan tim selama di sana, diserahkan langsung kepada Irwan yang merupakan seorang anggota marinir di Aceh. Saat dirasa istirahat sudah cukup, tim bergegas menuju Dermaga Lampulo, tempat dimana terdapat kapal yang akan mereka gunakan.

Ruby Snapper Perairan Rondo terbenamnya matahari di samudera Hindia menjadi titik awal dimulainya petualangan tim dan menjadikan Pulau Rondo sebagai destinasi pertama. Dari Dermaga Lampulo, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke spot tersebut lebih kurang 3,5 jam. Kapal motor berukuran 40 gt (gross ton) dengan berani membelah ombak laut lepas, tanda sang kapten sudah mahir dengan pekerjaannya tersebut. Sebelum dini hari, tim sudah sampai di perairan Rondo. Piranti masing-masing pemancing sudah dipersiapkan selama perjalanan tadi. Cuaca pada malam itu terasa sedang bagus didukung oleh kondisi laut yang datar dengan arus yang normal. Amin mengawali strike pada malam itu. Kerapu berukuran 3 Kg berhasil didapatkannya dengan menggunakan tehnik bottom fishing.

Tim lainnya yang menyusul strike juga.
Tim lainnya yang menyusul strike juga.

Kemudian satu persatu pemancing menunjukkan kemampuan mereka dengan memainkan tehnik jigging sebagai pilihannya. seluruh pemancing rupanya berhasil mendapatkan ikan Mata Belo berbobot rata-rata 2Kg secara bergantian setelah beberapa kali memompa jig. Proses mendapatkan Mata Belo berlanjut hingga melewati dini hari. Hingga pada akhirnya, ameng memecah suasana dengan mendapatkan Ruby snapper. Yaps! ikan dengan bobot sekitar 8Kg tersebut sebelumnya memberikan perlawanan yang kuat sehingga memaksa ameng mengeluarkan tenaganya lebih maksimal lagi.

Ruby snapper merupakan family Lutjanidae atau kerabat dari Kakap. Ketika tersangkut kail, ikan ini mempu memberikan perlawanan yang kuat dengan mengandalkan ukuran tubuhnya yang panjang dan kekar.

Sementara Martin tak mau kalah. Menggunakan tehnik dasaran, pemancing ini nampak begitu semangat ketika joran miliknya melengkung. terlebih lagi setelah mengetahui, umpannya dimakan oleh Ruby. ia pun berhasil menaikkan ikan tersebut dan melengkapi perolehan Ruby snapper pada hari pertama.

Spot Laut Utara dan Kejutan dari Tuna
Selepas matahari terbit di ufuk timur, tim sudah berada dalam perjalanan menuju spot laut utara. Dari Rondo, perjalanan menuju spot kedua itu membutuhkan waktu sekitar 2 jam melewati beberapa spot mancing. Beberapa spot tersebut merupakan sebuah gunung karang yang membentang luas, mirip dengan Sea Mount Reef.

Seharian tim mencoba memancing di beberapa spot tersebut menggunakan beberapa metode mancing, namun hasilnya kurang memuaskan. Kapten imran juga sudah beberapa kali berinisiatif mencari spot terbaik dengan memutar haluan kapal namun apa daya tiada ikan yang tergoda umpan. Padahal arus serta cuaca pada hari itu cukup bagus. agar ikan mau tergoda umpan, tim memutuskan membagi tehnik mancing antara dasaran dan jigging.

Sinyal keberadaan ikan tertangkap setelah tim berhasil mendapakan lencam serta Cablak. lumayan, untuk hasil yang dianggap sebagai pemanasan saja. Justru kejutan datang pada malam harinya.

Amin Ginting dengan ikan tangkapannya
Amin Ginting dengan ikan tangkapannya

Amin Ginting dan Firli memulai pertarungan pada malam itu. Kedua pemancing ini mengerahkan seluruh kemampuannya untuk fight dengan ikan. Ya, kali ini Tuna Gigi Anjing (Dog Tooth Tuna) berhasil mereka naikkan. Ameng yang masih saja memainkan tehnik casting akhirnya strike. Ternyata Tuna Sirip Kuning (Yellowfin Tuna) tertarik dengan umpan metal jig miliknya. Ardimansyah, Agus, Witjaksono, Martin serta yang lainnya juga mendapat giliran fight dengan tuna.

Secara bergiliran joran mereka melengkung diiringi suara ril menderit. akh, hingga momen itu, rasanya tak ada kata lelah. Kepuasan yang didapat selama menaklukkan serbuan tuna mampu membayar segalanya. Penggunaan metal jig sangat mempengaruhi hasil pancing. Metal jig ukuran 60-100 gram dengan warna biru dan merah menjadi umpan yang ampuh untuk menarik perhatian gerombolan tuna pada saat itu. Penggunaan metal jig tersebut disesuaikan dengan arus bawah laut agar metal jig tidak tenggelam hingga dasar.

Sebab spot di sekitar laut utara merupakan jalur migrasi tuna yang sangat ditunggu momennya. Pesta strike tuna berlanjut hingga memasuki waktu subuh. Gusdi serta Sufriyanto berkesempatan menunjukkan kehebatannya menaklukkan perlawanan ikan. Lagi-lagi bergantian mendapatkan Dog Tooth serta Yellowfin Tuna. Trip ditutup dengan kepuasan yang luar biasa dan rasa syukur tim terhadap besarnya kekayaan bahari Aceh.-  Amin Ginting

ikan hasil tangkapan
Ikan hasil tangkapan Trip oleh tim
Bagikan:
Chat