Mengobati Rindu Saat Musim Baratan

Mengobati Rindu Saat Musim Baratan

Bagikan:

‘Melepas rindu yang tak tertahankan’ sebuah ungkapan rasa seperti di syair-syair lagu rupanya sedang menghinggapi benak para pemburu strike dari Serang. Apalah daya, angin barat sedang musimnya. Namun, kerinduan untuk merasakan deritan ril dan lengkungan joran, tak menyurutkan niat mereka untuk tetap melaut.

Berpose di Dermaga sebelum melanjutkan perjalan
Berpose di Dermaga sebelum melanjutkan perjalan

Pada kesempatan kali ini, spot Pulau Tunda dipilih oleh para pemancing dari Serang dan dari Jakarta yang tergabung dalam Banten Wild Fishing (BWF) untuk mengobati rindu dalam memburu penghuni laut. Adalah Eki suhendar dan Kurniawan Fajar yang berasal dari Serang, Banten. Sugeng M. Poerba, Yongkie Yoshaine dan H. Slamet dari Jakarta yang menjalani trip ini. “Kami sudah mengetahui resiko mancing pada musim angin barat, namun kami tidak mempedulikan hasil, yang kami cari adalah nikmatnya kebersamaan selama trip,” ujar Eki, yang juga merupakan ketua dari BWF.

Dermaga Karang Hantu
Pulau Tunda merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Jawa atau tepatnya sebelah Utara Teluk Banten. Secara administratif, Pulau ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. Sudah banyak orang yang mengetahui bahwa Pulau Tunda menjadi salah satu destinasi wisata dan trip mancing yang bagus. Sebab kealamian biota lautnya masih terpelihara. Alasan ini yang membuat rombongan pemancing yang dikordinir oleh Eki, mencoba memancing di spot sekitar Pulau Tunda pada 10 sampai 11 januari 2015.

Perjalanan diawali dari Dermaga Karang Hantu, Serang pada Sabtu (10/1) sore. Setibanya di dermaga, rombongan yang berjumlah 5 orang langsung memindahkan barang bawaan ke atas kapal. Kali ini, rombongan memilih menggunakan KM Azzahra sebagai kapal yang akan membawa mereka memancing ke berbagai spot. Kapal ini mampu menampung sekitar 10 orang pemancing.
Kapal siap bertolak menuju spot pertama di Karang Sloki yang berada di sebelah Timur Pulau Tunda sekitar pukul 18:30 WIB. dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan untuk sampai di spot pertama. Sembari menunggu, rombongan menyiapkan piranti memancing masing-masing dibantu oleh ABK Fito, Agil dan Asep. Setelah semua siap, rombongan kemudian istirahat dengan menyantap kopi hangat yang disuguhi oleh ABK.

Karang Sloki
Waktu menunjukkan pukul 21:00 wiB. namanya juga sedang musim baratan, cuaca pada malam itu terlalu buruk. Angin yang berhembus cukup membuat badan mengigil. Kondisi ini juga mempengaruhi arus bawah laut yang sangat deras. Sampai-sampai timah (pemberat) berukuran J10 saja bisa terbawa derasnya arus. Untuk itu para pemancing harus bekerja ekstra menahan timah tersebut agar tidak terbawa arus lebih jauh.

Nampaknya keberuntungan belum berpihak kepada rombongan pada malam pertama memancing. Upaya keras coba mereka lakukan demi mendapatkan hasil buruan yang maksimal. Namun tetap saja arus kencang membuat mereka kesulitan. Malam itu, rombongan hanya mendapatkan satu ekor ikan kaci-Kaci berukuran sedang serta dua buah baby barracuda hasil pancingan dari kapten kapal Bayu.

Dimalam hari Crew berpose dengan hasil tangkapannya.
Dimalam hari Crew berpose dengan hasil tangkapannya.

Namun, kondisi ini tidak pernah sekalipun mereka sebut sebagai kegagalan. Hingga memasuki hari kedua ketika matahari mulai muncul dari ufuk timur, hasil pancing tak juga bertambah. Mengetahui Karang Sloki waktu itu kurang berpotensial, Kapten Bayu mencoba memindahkan kapal menuju spot selanjutnya menuju sebelah Utara Pulau Tunda pukul 05:00 WIB.

Hari kedua
Para pemancing yang tertidur kemudian terbangun saat ABK berteriak bahwa kapal sudah tiba di spot kedua tepat pukul 06:30 WIB. Istirahat sebentar, serta sarapan pagi di atas kapal cukup membuat tenaga Eki, Poerba, Kurniawan, Yongkie serta Slamet kembali penuh.

hari kedua semua Crew BWF sarapan di kapal
hari kedua semua Crew BWF sarapan di kapal

Pagi di hari kedua memancing, cuaca cukup bersahabat. Di sekitar Utara Pulau Tunda, para pemancing segera kembali berburu ikan menggunakan pirantinya masing-masing. Nampaknya keberuntungan perburuan hari kedua berpihak pada pemancing. Serentak mereka menurunkan umpan berharap segera disambar oleh ikan. Benar saja, tak berapa lama setelah diturunkan, umpan milik Kurniawan tersambar. pemancing asal serang, Banten itu berjibaku menaklukkan perlawanan ikan. Ternyata Giant Trevally (GT-red) berhasil diangkatnya. walau berukuran sedang, nampaknya ia puas membuka pesta tangkapan ikan siang itu.

Setelah kembali menurunkan umpan, joran milik Kurniawan kembali melengkung. ya.. strike. Kali ini Kurniawan mendapatkan seekor kuwe rambe yang berukuran sama dengan saat dia mendapatkan GT. Kuwe rambe memiliki nama lain Cuban Jack dan merupakan jenis dari Alectis Ciliaris. Kuwe Rambe merupakan ikan yang tangguh. Ikan jenis ini bertarung mirip Kuwe besar lainnya, sisi tubuhnya yang pipih merupakan kelebihannya yang utama. Selain itu juga sering berputar secara ganjil yang dapat menempatkan pemancing dalam ujian yang berat saat kail tersangkut.

Di sekitaran spot sebelah Utara Pulau Tunda, Kapten Bayu berusaha memindahkan kapal ke beberapa spot yang dianggap potensial dan dihuni banyak ikan. Sambil berkelakar, Yongkie Yoshanie segera mengganti jorannya untuk menggunakan tehnik handline. Ternyata, pilihan tehnik tersebut membuahkan hasil.

om yongky strike cumi
Yongkie saat strike dengan cumi

Tak berselang lama Yongkie juga berhasil mengangkat Kuwe Rambe. Ikan ini rupanya menjadi langganan sangkutan kail para pemancing. Tak mau kalah dengan yongkie, Kurniawan kembali beraksi. Kali ini dia kembali strike dengan jenis ikan yang sama. Double strike untuk Kurniawan. Pertarungan kali ini rupanya dimiliki oleh mereka berdua. Yongkie yang asyik memancing  menggunakan handline mampu kembali strike. namun bukan ikan Kuwe Rambe lagi yang ia dapatkan, melainkan seekor cumi dengan ukuran yang sedang. Kali ini strike memakan korban. Tangan Yongkie sempat tergigit cumi saat ia berusaha mengangkat buruannya itu ke atas kapal. Sementara Poerba, nampaknya bersemangat sekali saat jorannya melengkung, tanda ada ikan yang memakan umpannya. Ia berhasil mendaratkan ikan kuniran. sama halnya dengan H. Slamet dan Eki yang begitu ceria saat berhasil mengangkat baby GT ke atas kapal. Suasana pada siang itu bertambah hangat. Saat waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB rombongan memilih untuk beristirahat sambil menyantap makan siang yang disediakan ABK dengan menu ikan goreng dan pindang dari ikan hasil tangkapan. Kehangatan dan rasa lelah hilang dengan kebersamaan saat makan siang di atas kapal.

Selesai menyantap sajian makan siang, para pemancing meminta kepada Kapten Bayu untuk merapatkan kapalnya ke Pulau Tunda untuk rehat sejenak. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemancing untuk melaksanakan solat zuhur dan menikmati pemandangan pantai. Rasa kecewa karena tak dapat hasil tangkapan ikan yang maksimal seolah tidak terpancar dari wajah mereka.

kurniawan fajar strike pertama
kurniawan fajar strike pertama

Pulau tunda menyajikan keindahan yang luar biasa. Masih sedikitnya wisatawan yang berkunjung membuat pulau ini masih terjaga kelestariannya. Lautnya jernih, sering dimanfaatkan untuk kegiatan snorkeling bagi para wisatawan yang dikelola oleh warga sekitar. Selain itu juga tersedia beberapa penginapan serta rumah makan untuk memudahkan pengunjung menghabiskan waktunya di pulau tunda.

Rumpon Zahra
Waktu menunjukkan pukul 13:00 WIB. setelah bersantai sejenak di Pulau Tunda, rombongan kembali naik ke kapal untuk mencoba peruntungan di Rumpon Zahra. Rumpon tersebut merupakan spot mancing yang sengaja dibuat oleh pengelola KM zahra untuk memudahkan tamunya dalam memburu ikan. waktu yang dibutuhkan dari Tunda hingga sampai di Rumpon Zahra yaitu sekitar 45 menit. Setibanya di sana, tim langsung beraksi. para pemancing berkonsentrasi dengan piranti mancingnya masing-masing. Masih sama seperti sebelumnya, tehnik dasaran lebih sering digunakan daripada mencoba tehnik lain.

Semua umpan milik para pemancing dilempar satu persatu. Dengan sabar, mereka menunggu umpan-umpan tersebut disambar ikan. Namun apa daya. Musim angin baratan lagilagi jadi faktor yang besar sulitnya mendapatkan buruan.

Ikan hasil tangkapan trip

Tepat pukul 16:10 WIB, Eki mengajak para pemancing lain untuk menyudahi trip mancing kali ini. Setelah koordinasi dengan kapten kapal, rombongan dengan segera merapihkan piranti-piranti mancing masing-masing dan kapal langsung tancap gas. Setibanya kembali di Karang Hantu pukul 18:00 wiB, cuaca mulai mendung. Rombongan bergegas turun dari kapal.
Bagi mereka, hasil banyaknya ikan bukanlah tujuan utama memancing. Anggapan bahwa pemancing harus punya omzet ikan adalah tidak benar. “Walau hanya mendapatkan beberapa ekor ikan, kami tetap puas. Sebab silaturahmi antar pemancing merupakan hal yang terpenting,” ungkap Poerba. – Sugeng Poerba.

Bagikan:
Chat