Secuil Asa Dari Aksi Stop Illegal Fishing

Secuil Asa Dari Aksi Stop Illegal Fishing

Bagikan:

Saat tulisan ini dibuat, usia perkumpulan komunitas Pemancing Tanah Bumbu (PETA) memang baru menginjak hitungan hari. Namun siapa sangka, PETA sudah banyak menelurkan kegiatan yang tidak hanya terfokus pada aktifitas memancing saja. Lebih dari itu, PETA sudah menjadi corong menyuarakan aksi peduli lingkungan dan Stop Illegal Fishing, di hadapan puluhan ribu masyarakat di kampung halamannya di Kota Bumbu, Kalimantan Selatan.

Pemancing Tanah Bumbu (PETA) aktif mengkampanyekan stop illegal fishing dengan memasang spanduk di beberapa lokasi yang rawan praktik perusakan. (Dok/PETA)

PETA mungkin tidak ada bedanya dengan beberapa perkumpulan/asosiasi komunitas mancing di Indonesia. Selain sebagai wadah berkumpulnya para pagiat hobi mancing, PETA juga aktif menelurkan kegiatan yang berkaitan dengan seluk beluk dunia memancing. Yang terbaru, para anggotanya membuat gerakan Stop Illegal Fishing dalam sebuah pawai kemerdekaan yang diikuti oleh puluhan ribu warga Tanah Bumbu.

Menurut Fuad Annas, selaku Penanggung Jawab PETA, aksi ini berangkat dari keprihatinan ia bersama rekan-rekan atas maraknya aksi penangkapan ikan dengan cara ilegal seperti menggunakan setrum, bom, dan racun di sekitar kota Tanah Bumbu.

Kondisi tersebut lanjutnya, sangat berdampak pada rusaknya ekosistem habitat ikan dan terganggunya keberlangsungan siklus kehidupan ikan-ikan tersebut. “Padahal di sekitar Kota Bumbu banyak sekali potensi spot mancing yang bisa dieksplorasi, ikannya juga bervariasi. Kami melihat jika dikelola dengan baik, Kota Tanah Bumbu bisa menjadi salah satu surga spot mancing yang berada di provinsi Kalimantan Selatan,” ujarnya kepada SahabatMancing.com, Senin (28/8).

Lebih lanjut Annas menyebutkan, ada beberapa spot mancing potensial yang cukup terkenal di wilayah Kota Tanah Bumbu. Diantaranya; Batu Bahalang, Pinang Habang, Tibatau, Batu Payung, Teluk Kepayang, Salimuran, dan lain-lain. Kemudian ada juga spot mancing salt water yang cukup terkenal di selatan pulau Kalimantan itu, antara lain; Sungai Dua Laut, Kota Pagatan, Pulau Sewangi, dan Sungai Loban.

“Untuk ikannya ada toman, gabus, papuyu dan sejenisnya. Kemudian untuk di laut ada Giant Trevally, tenggiri, kerapu dan jenis ikan karang lainnya. Bahkan kemarin kami baru menemukan spesies baru yaitu Kerandang dari kawan-kawan Uncales Beramian. Kebetulan di sini (Batulicin) tidak ada spesies Kerandang.  Sekarang sedang kami normalisasi di kolam khusus, nantinya kami akan rilis, kemungkinan di Batu Behalang,” tambahnya.

PETA baru saja menerima spesies kerandang yang ditemukan oleh rekan rekan Uncales Beramian. (Dok/PETA)

Banyaknya spot mancing potensial yang bisa dijadikan sebagai destinasi mancing sekaligus obyek wisata di kota Tanah Bumbu, ternyata tak diiringi dengan kesadaran dari masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Annas menambahkan, ia bersama rekan-rekannya tidak jarang bertemu langsung dengan oknum perusak yang menggunakan cara-cara illegal dalam menangkap ikan.

“Kami pelan-pelan menyadarkan masyarakat soal dampak bahaya praktek illegal fishing bagi lingkungan hidup. Sebelumnya kami juga pernah memasang sekitar 100 spanduk di beberapa titik tentang larangan praktek illegal fishing. Sampai kami pernah menceburkan diri untuk langsung berhadapan dengan oknum perusak. Intinya demi keberlangsungan hidup anak cucu kita yang juga ingin merasakan lingkungan alam yang lestari,” tutupnya.

Bagikan:
Chat