Belantara rimba, jeram-jeram berbahaya, bahkan tebing-tebing curam dijamah demi puaskan gairah petualangan. Namun petualangan tidak hanya dijadikan sebagai pemuas belaka, kecintaan dan kepedulian terhadap alam menjadi tujuan pasti bagi Evitri Handayani. Antusiasme bertualang Evitri memasuki babak baru ketika pada 2014 lalu dirinya mengenal kegiatan mancing. Berawal dari selancar dunia maya, Evitri berkenalan dengan salah seorang pemancing asal Banten. Singkat cerita, kegiatan mancing di barat Jawa dilakukan hingga membawanya terus keranjingan mancing hingga sekarang. Bagaimana kedua kegiatan luar ruang, antara naik gunung dan kegiatan mancing bisa selaras sehingga menciptakan sebuah kolerasi? Simak penuturan Evitri kepada reporter Sahabat Mancing berikut ini.
Mengapa anda menggemari mancing dan menjadikan salah satu hobi anda?
Karena (mancing) asyik juga sih. Saya tipe orang yang suka tantangan dan saya pikir mancing itu berbeda ya tantangannya, lebih luas dibandingkan kegiatan luar ruang lain. Kita lihat, bukan saya ingin meremehkan kegiatan luar ruang lainnya, kegiatan mancing, terlebih yang dilakukan di tengah laut jauh lebih menantang. Hal tersebut terlihat dari betapa kita hanya bisa mengandalkan kemampuan dan kekompakkan rekan setim dalam satu kapal ketika bahaya mengintai. Ketika saya bisa melawan rasa takut dan egoisme, saya merasa bangga. Selain itu, apalagi jika bukan sensasi tarikan ikan ketika strike. Semua pemancing di manapun, salah satu proses utama dalam mancing adalah bisa merasakan strike. Atas dasar rasa penasaran inilah timbul keinginan saya untuk menggeluti hobi ekstrem ini selain jelajah gunung yang sudah saya geluti sejak lama. Saya punya prinsip, kalau mereka bisa, kenapa saya tidak.
Ketika pertama kali mendengar kata mancing, apa yang terpintas di benak anda?
Bukan dapat ikannya, ya, tapi sensasi perlawanan ikannya seperti apa sih? Karena setiap ikan pasti memiliki sensasi dan karakteristik perlawanan yang berbeda. Dalam sebuah kesempatan mancing di Ujungkulon, Banten, akhirnya saya bisa merasakan sendiri akan sensasi fight tersebut. Saya beruntung bisa merasakan fight dari tiga jenis ikan berbeda dalam rentan waktu beberapa menit saja. Pencapaian ini bagi saya sangat menjawab rasa penasaran saya sejak pertama mencoba kegiatan mancing. Sebenarnya sensasi mancing tidak bisa diceritakan dalam bentuk deskripsi apapun jika kita tidak merasakannya secara langsung.
Seberapa penting peran komunitas mancing bagi anda khususnya pemancing perempuan?
Kebersamaan dan kekeluargaan adalah kesan yang pasti dirasakan ketika saya berada di dalam sebuah komunitas mancing. Sejak aktif mancing, satu hal yang saya lakukan adalah mencari sebuah wadah berkumpul guna menyalurkan hobi saya ini. Ketika berkenalan dengan pemancing asal Banten (Lilik Gus Ananta), saya pun turut pula bergabung dengan komunitas lokal di sana yaitu Banten Wild Fishing (BWF). Bagi saya, BWF ibarat batu tapal dalam melangkah dan mengasah kemampuan mancing saya hingga kini. BWF adalah rumah dan tempat saya belajar dengan dikelilingi orang-orang hebat di dalamnya. Keyakinan dan semangat tinggi menjadi pemacu saya walau mancing lebih dominan dilakaukan oleh kaum adam. Keyakinan itu terpatri di dalam diri saya, selama kita mampu menjaga diri, kita pasti akan baik-baik saja.
Dari sekian kegiatan mancing anda hingga saat ini, adakah pencapaian yang ingin sekali anda raih?
Saat ini saya sedang menekuni teknik mancing dasaran, dari awal mulanya saya lebih cenderung di teknik casting. Berbeda dengan casting yang mengharuskan tubuh bergerak aktif, dasaran hanya memerlukan tingkat kesabaran lebih tinggi. Karena kita hanya menunggu umpan yang ditenggelamkan sampai dimakan ikan. Namun bagi saya ini adalah tantangannya. Sebab saya rasa satu persatu saya harus menguasai beragam teknik mancing. Belakangan ini saya mendengar fenomena extreme ultralight. Peranti ringan dengan hasil tangkapan yang luar biasa. Hal tersebut cukup menggugah rasa penasaran saya. Sebab siapa sih yang tidak ingin merasakan sensasi tarikan ikan-ikan monster dengan peranti ringan. Nampaknya metode tersebut akan lebih menyenangkan bila diaplikasikan di lokasi mancing potensial seperti di perairan Indonesia Timur. Ingin sekali saya mencobanya.
Adakah korelasi antara hobi mancing anda dengan hiking?
Ada kutipan fenomenal yang berbunyi, ‘Jadilah pendaki yang cerdas’. Maksudnya adalah kita sebagai pegiat alam harus berprilaku bijak dan cerdas ketika bersinggungan langsung dengan alam. Kita harus menghormati alam, menjaga kelestarian, juga harus benar-benar mempersiapkan segala perlengkapan dan kebutuhan selama berada di belantara. Beberapa tahun belakangan ini fenomena naik gunung memang sedang banyak digandrungi anak-anak muda. Mereka menikmati alam, namun beberapa juga tidak mengerti esensi dari mendaki gunung itu seperti apa. Mereka hanya sibuk bertualang dengan motivasi guna mengejar eksistensi belaka. Semua kegiatan bertualang hanya berakhir pada postingan sosial media. Bebeda saat saya masih remaja, ketika semua informasi sangat sulit didapatkan dan membuat kita lebih menghargai kehidupan. Saya rasa hal ini juga harus diterapkan di kegiatan mancing. Secara pribadi, konsistensi penerapan seperti menjaga kebersihan alam (lokasi mancing), bahaya praktik perusakan lingkungan, catch & release coba saya praktikkan secara langsung. Dengan menjadi pemancing yang cerdas dan bijak, segala persiapan juga pasti bisa diperhitungkan dengan matang agar resiko buruk di lapangan bisa diantisipasi.
Apakah pernah melakukan kegiatan mancing secara bersamaan dengan hiking?
Beberapa kali ketika mendaki dan menjelajah alam, saya sengaja membawa peranti mancing. Rasa penasaran ketika melihat warga sekitar memancing di lokasi bertualang terkadang menimbulkan rasa penasaran, mancing apa sih mereka? Setelah dipikir, berarti kedepannya ketika bertualang, bisa juga kita membawa peranti mancing. Siapa tahu di lokasi yang dikunjungi terdapat spot mancing potensial. Namun kita harus bisa membagi waktu dan menentukan rencana perjalanan dengan tepat agar kedua kegiatan ini bisa dilakukan selaras.