Darmis Yunus: Berburu Udang Sejak Kecil

Darmis Yunus: Berburu Udang Sejak Kecil

Bagikan:

Potensi perairan Sungai Kampar, Riau hadirkan antusias mancing berbeda. Bukan hanya ikan, di wilayah perairan tersebut, udang galah rupanya jadi target istimewa. Selain sensasi tarikannya khas, udang galah juga menyimpan nilai ekonomis tinggi. Potensi ini pun benar-benar dimaksimalkan Darmis Yunus, perempuan asal Pangkalan Kerinci, Riau untuk mengasah kemampuan mancingnya yang digeluti sejak kecil.

Nama : Darmis Yunus
Profesi: Pegawai Negeri Sipil
Asal: Pelalawan, Riau

Berangkat dari minatnya yang besar terhadap kegiatan mancing, Darmis Yunus pun tertarik hatinya menjadikan mancing sebagai hobi utama. Jika pada umumnya seorang pemancing menargetkan ikan sebagai buruan, lain halnya dengan Darmis. Ia justru lebih tertarik untuk memancing udang galah yang potensinya masih besar di Sungai Kampar.

“Sungai Kampar di Kabupaten Pelalawan, Riau jadi lokasi yang kerap saya kunjungi sejak kecil dahulu hingga saat ini. Sungai tersebut memiliki potensi perairan terbaik di wilayahnya, dimana kualitas air yang jauh dari pencemaran, membuat fauna air khususnya udang galah berkembang biak secara maksimal di sana,” ujar Darmis.

Udang galah menurut Darmis adalah target pancing andalan para pemancing di wilayah Sungai Kampar. Walau potensinya melimpah, namun mancing udang galah di Kampar juga bergantung pada kondisi perairannya. Di tempatnya berdomisili, terdapat sebuah muara dengan pertemuan arus sungai dan lautnya, yang dimana saat gelombang besar (bono) datang, bisa membuat air sungai jadi keruh dan tentu menyulitkan kegiatan mancing.

“Mancing udang galah itu, selain butuh keahlian, juga harus memiliki kesabaran ekstra. Apabila pada saat umpan terasa sedang dimakan, seorang pemancing harus sabar menunggu umpan itu benar-benar dimakan udang. Bila langsung ditarik, maka jangan menyesal jika anda mendapatkan hasil nihil karena udang terlepas dari kail,” kata Darmis.

Dalam hari-harinya, ia terus memperdalam intensitas mancing, khususnya mancing udang di spot-spot dekat kediamannya. Kegiatan mancing yang kerap Darmis lakukan pun selalu mengikut-sertakan keluarga sebagai pendampingnya. Bukan hanya sang suami yang selalu menemani, kini hobi mancing yang dilakoninya itu pun juga menular pada anak-anaknya. Bahkan, minta ikut ke acara HUT Ladies Angler ke-3 di Bekasi.

Kini, dukungan penuh dari keluarga menjadi alasan kegiatan mancing masih jadi olahraga idaman yang terus dilakukan. Karena baginya, selain hadirkan sensasi tersendiri, memancing juga bisa melatih kesabaran dan konsentrasi. Belum lagi, harmoni suasana alam mampu tepiskan penat dalam pikiran karena memancing membuat hati terasa senang.

Lebih dari itu, peran komunitas mancing juga berpengaruh terhadap perkembangan mancing yang Darmis lakukan. Beragam info kerap didapatkannya pula melalui forum komunikasi antar pemancing yang tergabung dalam satu wadah bernama Riau Angler Community (RAC). Sejak dua tahun belakangan ini, RAC ibarat rumah kedua baginya yang dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi antar pemancing dan menambah pengalaman beragam info hobinya itu. Sehingga apa yang menjadi kendala saat mancing pun dapat diselesaikan, baik itu mengenai kondisi spot, teknik atau umpan mancing yang digunakan.

Darmis beserta rekan-rekannya mewakili Riau Angler Community ketika berhasil meraih juara ketiga pada perlombaan Mancing antar komunitas yang diadakan oleh Komunitas Mancing Gondai (KMG) pertengahan 2018.

“Beberapa komunitas mancing di Riau saya ikuti kegiatannya, seperti Kerinci Angler Community (KAC), Keluarga Mancing Pelalawan (KMP), Teguh Hafis Family Fishing (THFF) dan baru-baru ini Ladies Angler Community (LA Com). Sementara saya sudah dua tahun ini bergabung dengan RAC,” jelas Darmis.

Keaktifannya bergabung dengan komunitas pun membuahkan hal positif. Teringat pada pertengahan tahun ini, ketika Darmis sempat mengikuti perlombaan mancing antar komunitas yang diadakan oleh Komunitas Mancing Gondai (KMG) mewakili RAC, timnya keluar sebagai pemenang ketiga. Walau diurutan ketiga, Darmis mengaku sangat bangga karena sukses mengalahkan peserta lain yang umumnya adalah laki-laki. Dari pengalaman itu, ia juga membuktikan kepada khalayak luas bahwa perempuan juga bisa mendapatkan prestasi dari hobi mancing. Sementara untuk hasil menurutnya, tinggal bagaimana seorang ladies angler (sebutan perempuan pemancing – red) ingin mencoba dan tetap mengasah kemampuannya itu.

Darmis Yunus saat berpose dengan Udang Galah tangkapannya.

Tantangan berat pun dirasakan para pemancing di Pelalawan yang kian sulit mendapatkan potensi spotnya, tidak hanya pada saat bono datang, melainkan tindakan buruk oknum warga yang menangkap ikan menggunakan alat setrum. Bagi Darmis yang gemar memancing udang, tindakan tersebut berpengaruh besar terhadap hasil tangkapannya dan ia menyesalkan perusakan yang terjadi.

Kondisi ini tentu berbanding terbalik dengan kondisi pada saat masa kecilnya dahulu, dimana kondisi perairan masih terjaga dan kesadaran masyarakat untuk menjaga masih tinggi. “Dahulu belum ada (tukang setrum), jadi mancingnya gampang.,” ujar Darmis seraya menceritakan masa kecilnya yang kerap menemani orangtuanya memancing udang galah di Sungai Kampar. Dengan potensi bahari yang khas dari sebuah daerah di seluruh Indonesia, Darmis mengajak para perempuan untuk berani memaksimalkan potensi tersebut melalui kegiatan mancing. Sebab mancing, bagi dia, tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan jasmani namun juga mampu menghidupkan perekonomian masyarakat.
“Karena mancing merupakan hobi positif, saya rasa seluruh pegiatnya yang mayoritas adalah laki-laki akan mendukung secara maksimal upaya mancing yang dilakukan oleh ladies angler. Hal itu saya rasakan sendiri. Jadi, jangan pernah takut untuk mencoba menggeluti hobi mancing, sebab mancing itu asyik,” tutup Darmis. – RICO PRASETIO

Bagikan:
Chat