ECC: Perjalanan Spesialis Podium

ECC: Perjalanan Spesialis Podium

Bagikan:

Eksplorasi spot-spot mancing ekstrim dengan target gabus di wilayah Jakarta, Bekasi, Karawang hingga Bogor sudah dilakukan oleh Extreme Castinger Community (ECC) sejak 3 tahun belakangan ini. Masih terdapatnya rawa-rawa serta area galian tanah benar-benar dimanfaatkan ECC untuk mendapatkan sensasi strike ikan berkepala mirip ular tersebut. Berbagai lokasi didatangi pasukan ECC, mulai dari wilayah Cileungsi, Situ Cipule hingga sawah-sawah di tepian Citarum, Jawa Barat.

Jam terbang rupanya mengasah pengalaman ECC dalam menguasai spotspot mancing pada perlombaan yang pernah diadakan, khususnya di Cipule. Walau faktor keberuntungan menjadi faktor penting, namun skill membaca keberadaan ikan adalah syarat mutlak keberhasilan seorang pemancing mendapatkan ikan. Dari kompetisi mini oleh beberapa komunitas mancing, cast and camp Maguro, Shimano Casting Competition dan yang paling anyar adalah suksesnya salah seorang anggota ECC meraih juara ke-2 pada Kopdarnas Forcasi akhir November lalu.

Bagaimana cerita menarik mengenai ECC? Simak wawancara kami dengan ketua ECC, Uun Syahrun Kurniawan berikut ini:

Apa yang mendasari didirikannya ECC?
ECC pertama berdiri sekitar 3 tahun lalu, tepatnya pada 5 September 2013. Pada mulanya ECC merupakan singkatan dari “Extreme Castinger Cileungsi”, karena ECC lahir dan didirikan oleh beberapa pemancing di Cileungsi. Hingga akhirnya diambil lah nama Extreme Casting Community sebagai identitas kami para pegiat castinger. ECC pada saat pendiriannya sebagai klub mancing hanya memiliki
sekitar 5-10 anggota saja. Kami melihat perkembangan dan situasi di dunia castinger sangat pesat dan melihat beberapa grup/klub mancing bubar atau pecah. Untuk itu saya berinisiatif untuk merubah ECC yang tadinya sebuah grup mancing menjadi komunitas yang mencakup semua kalangan pemancing/castinger dari manapun tanpa terkecuali dan tanpa adanya sebuah ikatan tetap.

Apa alasan penggunaan kata ‘extreem’ untuk ECC?
Untuk basis ECC saat ini berada di Jakarta dan Karawang, Jawa Barat. Ada dua sebutan untuk keduanya, ECC Jakarta biasa dipanggil pasukan Lenong, sementara ECC Karawang pasukan Ranger Item. Sementara penggunaan nama Extreme sendiri berawal dari dahulu, dimana teman-teman ECC kerap eksplorasi atau mancing di spot-spot yang memiliki akses sulit dan beresiko tinggi (ekstrim).
Tempat dimana belum banyak pemancing yang mendatangi. Untuk itu, maka digunakanlah kata ‘extreme’ sebagai identitas dari komunitas ini, namun tetap mengutamakan keselamatan. Saat ini hampir 1000 anggota bergabung di fanpage Facebook kami, namun untuk anggota aktif yang kerap mengikuti kegiatan ECC sekitar 50 orang dari sekitar Jakarta sampai Karawang.

Bagaimana potensi snakehead (Gabus) di wilayah yang pernah dieksplorasi ECC (Jakarta, Bekasi, Karawang, dan sekitarnya)?
Kalau di Jakarta sendiri spot amat sangat minim. Untuk saat ini di musim hujan, para anggota ECC hanya mengandalkan spot-spot tambak di daerah Marunda, Jakarta Utara. Berbeda dengan wilayah Bekasi sampai Kerawang yang masih potensial. Sebab daerah tersebut masih banyak terdapat rawa-rawa dan kubangan bekas galiangalian tanah walau untuk sekarang ini agak susah untuk mendapatkan ikan target. Ditambah kian maraknya praktik setrum dan racun oleh oknum yang tidak bertanggung-jawab. Suatu waktu teman-teman ECCpernah menegur seseorang yang kedapatan sedang menyetrum. Mirisnya, orang tersebut merupakan warga sekitar spot di wilayah Karawang.

Terus terang kalau untuk sekarang ini, spot-spot baru atau istilahnya ‘perawan’ sudah sulit ditemukan di Jakarta-Kerawang. Kebanyakan-
spot-spot mancing tersebut sudah pernah dieksplorasi oleh orang lain terlebih dahulu. Untuk mencari atau mendapatkan spot, teman-teman dari ECC biasanya mengandalkan google map atau info dari teman-teman pemancing lain, baik baik dari temanteman castinger atau warga sekitar. Tapi beberapa kesempatan, ECC juga melakukan eksplorasi cari spot, selagi memiliki waktu yang cukup untuk itu. Sebab untuk melakukan eksplorasi spot baru membutuhkan waktu satu hari penuh.

Spot Situ Cipule sudah familiar bagi para castinger, bagaimana menurut anda potensi di spot tersebut?
Cipule adalah spot favorit para castinger. Awal mula teman-teman ECC ke Cipule pada saat Kopdar Nasional Forcasi 2014. Waktu itu masih sebatas mancing di bagian depan situ, kemudian sebagian dari kami diajak untuk mencoba mancing di beberapa bagian belakang (garis finish) dan ternyata lebih frenzy (banyak terdapat ikan). Kondisi itu karena pada tahun 2014 kondisi Cipule masih banyak ditumbuhi tanaman air seperti ganggang. Sejak tahun 2014 sampai saat ini, kami ECC masih kerap mendatangi spot Cipule.

Untuk di arena dayung Cipule, ikan Gabus masih banyak keberadaannya, namun untuk potensi strike-nya hanya 10%. Kondisi diangkatnya tanaman air yang menjadi tempat berlindung bagi ikan-ikan tersebut menjadi faktor utamanya. Selain Gabus, teman-teman yang casting-an di Cipule juga pernah mendapatkan Hampala hingga Baung. Antusias pemancing di Cipule pada hari biasa bahkan akhir pekan sudah mulai berkurang. Spot-spot di sekitar Cipule saja yang beberapa teman-teman sering jumpai, apalagi spot-spot di sekitar sungai Citarum masih sangat potensial.

Pada event Kopdarnas Forcasi November lalu di Cipule, ECC berhasil naik podium. Apakah karena sudah faham karakteristik spot?
Tidak juga, semua tergantung faktor keberuntungan. Berkat kerja keras para anggota kami, ECC bisa naik podium dan meraih juara kedua. ECC memang beberapa kali sukses menyabet beberapa juara di event-event mancing casting yang diadakan di Cipule, sejak casting bareng KCB, Kopdar FU, Cast n Camp Maguro, Shimano Casting Competition dan terakhir Kopdar Nasional Forcasi pada November lalu. Dari seluruh perlombaan tersebut, hanya Shimano Casting Competition dan Kopdar Nasional Forcasi yang ada pialanya. Kemenangan lain hanya mendapatkan hadiah barang/ tackle. Sebagai pengurus ECC Alhamdulillah saya ikut senang. Sebagai penyemangat, saya bahkan bernazar rela dicukur habis rambutnya jika ECC naik podium. Benar saja, Ahmad Mustofa, salah satu anggota kami sukses meraih juara ke-2. Tapi bagi saya hadiah/juara adalah sekedar bonus. Juara menurut saya ialah bagaimana ECC bisa kompak, solid dan tetap terjaga kekeluargaanya.

Bagaimana langkah ECC dalam upaya mengelola ikan hasil pancing?
Kami selalu mengupayakan kepada anggota ECC untuk terus menggalakkan ‘catch and release’. Namun bukan berarti ada pemaksaan dari ECC, semua kembali lagi ke diri pribadi anggota masing-masing tentang kelestarian alam. Arti kelestarian lingkungan menurut ECC yaitu menjaga ekosistem ikan yang kita pancing untuk anak cucu/generasi penerus nanti. Untuk sementara ini hanya mengingatkan temen-teman pemancing agar tidak over fishing dan membawa pulang ikan seperlunya saja. Gabus memiliki banyak khasiat dengan kandungan albuminnya. Kami juga beberapa kali memberikan hasil pancing (Gabus) untuk keperluan obat. Kalau untuk hasil pancing yang pasti untuk diikonsumsi, tapi dalam artian konsumsi seperlunya. Kadang ketika mancing bersama para anggota ECC, hasil pancing dimasak lalu dimakan bersama.

Apakah misi ECC selanjutnya yang akan direalisasikan?
Misi selanjutnya yaitu rencana mancing bersama komunitas lain dari beberapa daerah. Kami memiliki program yaitu Casting Bersama (castbar) dengan konsep mancing sambil touring menggunakan sepeda motor. Alhamdulillah castbar pertama bersama Gunung Putri Angler Community (Gupac) pada 18 September 2016 berlokasi di Situ Gunung Putri, Bogor sudah terlaksana yang diikuti oleh 20 orang perwakilan ECC. Kegiatan ini akan rutin dilakukan 3 bulan sekali. Selanjutnya kegiatan castbar akan diadakan bersama Family Uncales (FU) Community di Situ Cibarusah, Cikarang pada Januari nanti. Acara liwetan bersama menjadi kegiatan wajib setelah castbar.

Untuk saat ini kegiatan castbar baru dilakukan bersama komunitaskomunitas di sekitaran Jakarta, Bekasi hingga Karawang. Dalam jangka panjang kami juga berharap kegiatan ini bisa dilakukan dengan komunitas mancing di luar kota seluruh Indonesia. Seluruh anggota aktif dari ECC saya usahakan untuk mengajak mereka bergabung dalam kegiatan castbar ini. Dalam kegiatan castbar, pesan yang ingin disampaikan tidak lain isu kelestarian lingkungan, seperti stop racun, hingga pentingnya silaturahmi sesama pemancing. Jika silaturahmi sudah terjaga, maka tugas kita adalah menjaga ego agar hubungan baik tetap terjaga. Kedepannya kami berencana menggalakan penebaran benih. –RPS

Foto- foto kegiatan komunitas Extreme Casting Community (ECC)

Bagikan:
Chat