CRFC: Aksi Nyata Pelestarian Ciliwung

CRFC: Aksi Nyata Pelestarian Ciliwung

Bagikan:

Kasus penebaran racun dan penyetruman ikan sudah menjadi masalah serius sejak dahulu yang menyebabkan terputusnya regenerasi beberapa spesies ikan di Sungai Ciliwung. Sejarah menceritakan bahwa masyarakat asli tepian sungai memaksimalkan potensi ikan di Ciliwung untuk memenuhi kebutuhan perut dan kegiatan memancing. Berangkat dari kepedulian terhadap Ciliwung, beberapa orang pemancing yang biasa memancing di tepian sungai ini memutuskan untuk membuat wadah perkumpulan pemancing yang dinamakan Ciliwung River Fishing Community (CRFC). Tujuannya jelas, memancing sambil menjaga sungai dari pengerusakan.

Bagaimana peran serta CRFC dalam upaya melawan perusak Sungai Ciliwung? Simak wawancara kami dengan ketua CRFC, Maruli Alpia berikut ini:

Apa yang mendasari didirikannya CRFC?
Berawal dari keprihatinan kami terhadap Ciliwung terutama dari segi tingkat kepunahan ikannya. Ada 178 spesies ikan dari di sepanjang aliran Ciliwung dari segmen 1 (hulu puncak) sampai segmen 6 Jakarta. Namun kini yang tersisa hanya tinggal 23 spesies. Kami konsentrasi di segmen 1 yaitu daerah sungai mulai dari Puncak sampai Bendungan katulampa. Hingga kini kami sudah mengidentifikasi 13 jenis spesies ikan yang artinya telah terjadi kepunahan sebanyak 95% dari total spesies asli. Faktor yang membuat kepunahan tidak lain ialah kegiatan penebaran tuba, racun dan setrum oleh oknum-oknum. Dari situ timbul keinginan kami untuk membentuk wadah bagi para pemancing pelindung sungai yang kemudian terbentuklah komunitas ini tahun 2011 di Bogor.

Apa misi bersama dari CRFC sebagai komunitas mancing?
Pada umumnya bukan sekedar kegiatan memancing, komunitas ini dibentuk dengan tujuan sebagai wadah konservasi dan perlindungan sungai oleh para pemancing di Ciliwung. Kegiatan mancing hanyalah sebagai sarana dengan presentase 50%, sisanya kita melakukan pengelolaan sampah dan aksi peduli lingkungan lainnya. Tapi secara inidividu, semua anggota CRFC adalah pemancing. Intinya kita semua ingin mengembalikan kesadaran bersama mengenai pelestarian lingkungan, khususnya Ciliwung.

Ada berapa banyak anggotanya?
Anggota resmi CRFC yang aktif mengikuti serangkaian kegiatan komunitas ini tidak banyak, hanya sekitar 40 orang dari Bogor dan sekitarnya. Kalau secara keseluruhan kami memiliki ratusan anggota tidak tetap. Pastinya kami ingin menggerakan komunitas ini agar lebih berkembang dan memiliki anggota lebih banyak lagi dari sekarang. Maka dari itu kami mengambil nama Ciliwung River fishing Community agar konteksnya jadi lebih luas. Bukan hanya bicara Bogor, tapi semua masyarakat peduli Ciliwung secara keseluruhan.

Apa keuntungan yang didapat bagi anggota baru yang bergabung dengan komunitas ini?
Bicara mengenai keuntungan yang didapat, saya rasa kita hanya menambah persahabatan sesama pemancing, karena secara materi CRFC tidak memberikan keuntungan. Justru para anggota mengeluarkan dana pribadi bila ada keperluan yang berkaitan dengan komunitas seperti penebaran benih. Dengan adanya ikatan persahabatan antara anggota CRFC maka akan memberikan pengalaman serta pengetahuan mengenai seluk beluk Ciliwung. Contohnya bagi warga lokal, setelah diberikan sosialisasi oleh CRFC kini mengetahui bahwa spesies Soro ialah tipikal ikan semi-migrasi. Intinya komunitas ini memberikan edukasi kepada anggota dan masyarakat mengenai sport fishing, catch and release serta menumbuhkan kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Seberapa rutin komunitas ini melakukan kegiatan mancing?
Kalau yang menjadi agenda tahunan, satu tahun sekali CRFC bekerja sama dengan banyak pihak mengadakan lomba mancing Ciliwung di bawah jembatan Gadog. Namun setiap satu bulan bahkan seminggu sekali, anggota CRFC tetap aktif memancing entah itu hanya satu orang atau lebih. Kami juga sering berkumpul dengan para anggota lainnya di Gadog guna membicarakan langkah apa yang akan dijalani oleh komunitas ini kedepannya sesuai dengan visi dan misi bersama.

Foto- foto kegiatan komunitas Ciliwung River Fishing Community (CRFC).

Adakah kesulitan di lapangan untuk memancing di Ciliwung saat ini?
Kesulitannya yaitu masih banyaknya perusak sungai, bahkan kami menemukan satu kampung dimana mayoritas warganya, mulai dari ketua RT hingga kepala desa menangkap ikan menggunakan tuba dan potas. Praktik meracuni ikan menggunakan potas dilakukan bersama-sama oleh beberapa oknum karena pertimbangan harganya yang tidak murah dan tanggung jawabnya bisa dipikul bersama. Kondisi seperti itu sangat berat, harus dilakukan pendekatan dan sosialisasi kepada tokoh masyarakatnya. Menyadarkan mereka secara perlahan, tidak bisa langsung mengambil tindakan tegas seperti menangkapnya. Kami sudah bekerjasama dengan kepolisian setempat. Ada tiga kali toleransi yang kita berikan kepada pelaku perusakan sebelum kita laporkan kepada pihak berwajib.

Langkah apa yang ditempuh CRFC dalam menjaga kelestarian ikan-ikan lokal?
Langkah sosialisasi dan edukasi adalah tindakan paling nyata yang sudah berjalan dan terus kami lakukan. Kami memulai dari skala kecil, dari lingkungan tempat tinggal kami terlebih dahulu. Daripada tidak bisa melakukan sesuatu, lebih baik langkah kecil namun nyata. Daripada kita berfikir besar, inginnya bersih dari hulu hingga hilir tapi tidak ada tindakan yang dilakukan. Apa yang mampu dilakukan, maka lakukanlah. Kesulitannya adalah pendekatan kepada masyarakat, tokoh agama dan pemuda setempat. Harus ada banyak pihak yang terkait karena tidak bisa jika hanya mengandalkan pemancing untuk menjaga Ciliwung.

Target CRFC kedepannya yaitu sudah tidak ada lagi perusakan dari hulu sampai hilir. Ini adalah target jangka panjang dan tidak bisa kami pastikan kapan. Yang jelas tahun depan kami akan turun ke bawah guna meluaskan target pemulihan Ciliwung. Kami juga pernah bekerja sama dengan beberapa pihak lain saat melakukan penebaran benih ikan.

Apakah semua lokasi sepanjang sungai Ciliwung punya potensi ikan yang sama?
Sebenarnya semua sedang dalam keadaan kritis (tidak semua spot berpotensi ikan). Lokasi potensi ikan terbaik terletak di segmen 1 sepanjang Puncak hingga Bendungan katu lampa yang masih dalam kondisi terjaga. Sementara titik yang paling baik dengan tingkat penjagaan rutin ada di jembatan Gadog sampai jembatan Habib umar. Lokasi ini hampir dipastikan steril (dari perusakan). Namun tetap saja disaat tidak ada petugas para oknum kembali melakukan aksinya.

Pernah kami mendapati ada masyarakat sekitar yang melakukan praktik setrum. Dengan tegas kami langsung menyita barang bukti kemudian dilakukan peneguran dan sosialisasi. Sementara untuk wilayah bawah dari segmen satu mungkin sudah kurang. Masalah pencemaran dan sampah yang merusak habitat ikan. Mungkin masih ada beberapa spesies yang masih ada seperti Hampala di Bojong dan Depok. Ada beberapa jenis spesies di atas tapi tidak ada di segmen bawah. Perubahan positif sangat terasa bagi para pemancing yang sudah bisa dengan mudah mendapatkan Soro dibandingkan keadaan 2-3 tahun lalu.

Bagaimana langkah CRFC dalam melanggengkan komunitas ini?
CRFC mengadakan lomba mancing rutin setiap tahun. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak 3 tahun lalu dan selalu mendapat antusiasme masyarakat, dibuktikan dengan peserta yang hadir bertambah banyak setiap tahunnya. Acara tersebut diadakan sekaligus dalam rangka penyuluhan kepada masyarakat mengenai pelestarian Ciliwung. Kami adalah para pemancing yang melakukan pergerakan dari kepedulian terhadap Ciliwung.

Kita semua berharap Ciliwung bisa kembali indah dan lestari. Tidak ada lagi sampah mengotori sungai dari hulu sampai hilir, tidak ada lagi perusakan dalam bentuk apapun sehingga membuat beberapa keberagaman hayatinya kembali pulih. Sesuai dengan prinsip bersama ‘Cai ruksak hirup balangsak’ artinya jika unsur air sudah rusak maka hidup akan menjadi sulit. Suatu bangsa jika tidak mampu menghargai lingkungannya, tinggal tunggu saja kehancuran yang akan terjadi. – RPS

Bagikan:
Chat