Khusnul Chotimah F. A: Lady Angler Petualang

Khusnul Chotimah F. A: Lady Angler Petualang

Bagikan:

Membelah belantara hutan, menyusuri riam bahaya hingga bermalam di wilayah paling dalam di tanah Borneo sudah ia lakukan. Tugas kerja jadi awal mulanya, dimana pada 2013 lalu, kota Pontianak didatangi dan menyempatkan untuk memulai liarnya wildfishing. Semua itu dilakukan tak lain untuk sebuah kepuasaan strike predator-predator air tawar. Sebut saja Mahseer, keluarga Snakehead seperti Toman dan Kerandang hingga spesies langka bernama Blackbass jadi target utama.

Nyali rupanya tidak ada habisnya bagi perempuan kelahiran 47 tahun silam ini dalam menebas bahaya wildfishing di alam liar. Pikiran positif jadi modal utama, selain rasa penasaran akan sensasi strike yang terus membayangi. Khusnul Chotimah Frida Asyati atau kerap disapa Khusnul Quinn rupanya masih memiliki cita-cita mendapatkan Blackbass di Kalimantan. Apa alasan Khusnul ingin sekali mendapatkan ikan ini? Bagaimana cerita pengalaman dia menuju Ketapang dengan menembus segala rintangan? Simak wawancara SM dengan Khusnul berikut ini:

Nama: Khusnul Chotimah Frida Asyati
Profesi: Karyawan Swasta
Asal: Purwokerto

Apa awal mula yang mendasari anda terjun ke dunia mancing?
Tahun 2009 menjadi awal mula saya menggeluti kegiatan mancing. Ketika itu di laut Handil Muara Jawa, Samarinda, Ayah saya mengajak untuk memancing di sana. Beliau adalah penghobi berat dan menularkan hobinya ini kepada saya hingga sekarang. Kakap Merah dan Giant Trevally (GT) jadi target ikan yang didapat, lalu saya ulangi setahun kemudian. Hingga di penghujung tahun 2013, berawal dari tugas kantor menuju Pontianak, saya menyempatkan diri untuk memulai wildfishing air tawar. Spot di Kapuas Hulu, Putussibau adalah lokasi pertama ketika berburu ikan Mahseer dan Hampala. Masih di Kalimantan Barat, spot-spot di Ketapang jadi tujuan selanjutnya, dimana predator freshwater seperti Kerandang, Kehun dan Snakehead lainnya terdapat di sana.

Adakah lokasi yang paling berkesan bagi anda?
Semua spot mempunyai keistimewaan tersendiri, diantara spot itu yang paling berkesan adalah Freshwater di Kapuas Hulu. Suasana alam di sana sangat menentramkan hati, udaranya sejuk, dan riam-riam di sana yang ekstrim. Namun kehandalan tekong (pengemudi perahu) dan olahan makanan mereka di sana tak perlu diragukan lagi. Selanjutnya di spot Air Hitam, Kendawangan, Kalbar juga berkesan. Disanalah saya sukses mendapatkan Toman berukuran besar. Kalimantan memang memiliki potensi spot freshwater terbaik, diantaranya saya juga pernah mancing Toman di Sukamara, Kalteng hingga Sungai Tayan dengan target ikan Tapah walau belum sempat mendapatkannya karena debit air saat itu sedang tinggi. Spot saltwater di Berau juga tak kalah mengesankan ketika saya sukses menaikkan Blackbass beserta ikan-ikan muara lainnya. Sementara di kampung halaman saya di Purwokerto menjadi lokasi terbaik kala sukses mendapatkan Hampala di Sungai Banjaran.

Adakah spot yang ingin anda datangi dalam waktu ini dan anda ingin sekali merasakan strike ikan di spot tersebut?
Saya ingin sekali ke Tarakan atau Berau untuk bisa mendapatkan Blackbass. Mengapa Blackbass? Karena ikan ini memiliki tenaga kuat ketika melakukan perlawanan. Ikan ini sudah termasuk sulit ditemukan karena penyebarannya di Indonesia yang tidak banyak. Awal Desember tahun 2016 memang sudah pernah mendapatkan Blackbass ketika di Berau, namun rasa penasaran akan ikan yang lebih besar jadi meyakinkan untuk ingin kembali lagi. Spot di Berau memiliki tantangan luar biasa ekstrem. Sebab muara-muara di sana masih liar dan dihuni oleh buaya muara.

Bagaimana anda yakin mampu menaklukkan spot-spot tersebut?
Kalau ingin melakukan kegiatan wildfishing, kita wajib mencari tahu serta memahami kondisi spot. Jaket pelampung (lifejacket) serta obat-obatan menjadi hal penting guna mengantisipasi kejadian tidak diinginkan. Pokoknya ikuti apa kata pemandu, keep safety first and enjoy with your wildfishing adventure. Selain itu, rasa penasaran terhadap potensi ikan di spot menghilangkan keraguan dan rasa takut.

Ditemani beberapa rekannya, Khusnul kerap melakukan perjalanan mancing menuju spot mancing ektrem di pedalaman Kalimantan untuk memancing ikan predator air tawar.

Adakah pengalaman yang berkesan selama anda menggeluti hobi mancing?
Pengalaman waktu ke Ketapang, Kalimantan Barat. Ketika itu pesawat yang seharusnya kembali terbang dari Pangkalan Bun ke Ketapang harus terhenti karena tekendala kabut asap kebakaran hutan. Kondisi ini mengharuskan saya untuk melanjutkan perjalanan darat menggunakan mobil carter bersama penumpang lain. Saat itu saya datang sendiri dari Surabaya ke Ketapang dan satu-satunya perempuan di mobil itu. Tak ada yang dikenal, rasa takut membayangi sepanjang jalan, ditambah perjalanan tersebut melewati daerah rawan perampokan.

Carter mobil isi 6 orang seharga 650 ribu per orangnya. Perjalanan ditempuh semalaman dan jadwal trip harus mundur, sehingga mengalami kesulitan mengubah tiket pulang karena kabut asap tak ada pesawat yang terbang. Belum lagi harus naik mobil 1 jam dari Ketapang menuju spot, sampai di rumah tekong naik motor 20 menit, naik perahu 30 menit, jalan kaki 3,5 jam menuju sungai kecil di dalam hutan. Menginap 3 hari 2 malam dalam kensunyian, tanpa listrik dan sinyal, asyik sekali. Inilah real-nya nge-wild, tracking, camping, fishing dan boating. Pikiran positif jadi modal utama untuk melewati keraguan tersebut.

Bagaimana perlindungan kulit anda ketika melakukan wildfishing?
Sunscreen yang memiliki perlindungan tinggi terhadap cahaya matahari adalah hal wajib dan selalu digunakan ketika melakukan kegiatan di luar ruangan seperti wildfishing, selain penutup wajah, topi, handsleeve (jika memakai baju lengan pendek), kacamata dan sepatu mancing. Habis trip wajib melakukan perawatan, tidak perlu ke salon khusus, tapi sudah saya siapkan di rumah berupa scrub, masker, gel pendingin, serta vitamin yang dipakai berurutan setiap minggu. Setelah agak kembali semula, digunakan 2 minggu sekali. Jadi apapun kegiatan di luar ruangan, se-ekstrim apapun, pastilah ada rasa “entar gue tambah item”, itu manusiawi. Khusnul

Menurut anda, bagaimana dunia pemancingan di Indonesia saat ini, khususnya mengenai ladies angler?
Dunia pemancingan sangat berkembang pesat, baik segi perkembangan piranti, teknologi dan pengetahuan lainnya. Sehingga kian banyak pula bermunculan komunitaskomunitas mancing. Kita harus bisa menyikapi mana yang terbaik bagi kita, karena Indonesia kita ini sangat- indah, kaya akan berbagai jenis- hewan, tumbuhan, budaya dan kita yang wajib menjaga dari kepunahan, kerusakan yang sekarang banyak terjadi. Ladies Angler Community (LA Com) adalah salah satu wadah bagi pemancing seperti saya dan banyak lagi pemancing di luar sana baik yang masuk LA atau tidak untuk mendapatkan pengalaman, masukan, serta pembinaan, karena selama ini pemancing identik dengan kaum pria.

Beberapa orang mungkin memandang ladies sebelah mata, bagaimana anda menyikapinya? Pengalaman saya, ya begitulah pasti merasa dipandang sebelah mata. Biarkan saja, bagi saya, yang terpenting saya tidak pernah mengganggu orang lain dan harapan saya juga sebaliknya. Alhamdulillah saya mempunyai banyak teman yang baik, peduli jika ada kesulitan, berbagi pengalaman dll. Karena bersamaan dengan itu akan banyak mendapatkan pengalaman berharga, baik pengetahuan knotting, lure, piranti dan sebagainya. Upaya saya do it your self, lakukan semuanya sendiri, nanti waktu yang akan berbicara. Teruslah mengembangkan hobi memancing walaupun itu di kolam, tambak dan lain-lain sesuai waktu yang anda punya. –RPS

Bagikan:
Chat