JRF: Gema Rock Fishing

JRF: Gema Rock Fishing

Bagikan:

Jogjakarta tidak hanya istimewa akan nilai-nilai budayanya saja. Bagi mayoritas pemancing di Indonesia, Jogjakarta juga terkenal akan spot mancing pasiran hingga barisan tebing-tebing di tepi lautnya yang terkenal dengan rock fishing. Kegiatan mancing di tepi tebing dengan kegitinggian puluhan meter nan mendebarkan. Tidak tahu pasti kapan kegiatan mancing ini mulai dilakukan, namun dekade 80-an disinyalir menjadi awal berkembangnya rock fishing di pesisir Selatan Jawa.

Dengan berkembangnya para pemancing rock Fishing di Jogja, maka muncul-lah ide untuk membentuk sebuah wadah informasi seputar rock Fishing. Tahun 2013 terbentuk Komunitas Pemancing Karangan Jogja (KomPaK) yang menjadi cikal bakal lahirnya komunitas Jogja Rock Fishing (JRF). Bagaimana pengalaman para angota JRF berpetualang mancing di tepian tebing? untuk mengetahui rock fishing beserta JRF lebih dalam, simak wawancara kami dengan Venansius Gunadhi berikut ini:

Bagaimana sejarah rock fishing di Jogja?
Tidak tahu pasti sejak kapan rock fishing itu lahir. Namun sekitar tahun 80-an sudah banyak orang yang memulai mancing rock fishing, baik pemancing lokal (teknik handline, joran bambu) dan pemancing dari Jogja yang menggunakan joran teleskopik. Saat itu masih menggunakan senar ukuran 80 lbs, umpan pun masih menggunakan udang, cumi, paling mahal kembung. Tahun 1985, pemancing dari Jogja sudah mulai banyak yang mancing di pesisir Gunung Kidul. Di tahun 90-an alat pancing pun semakin berkembang, saat itu merk-merk seperti Shimano banyak digunakan. Kemudian kondisi spot masih ditumbuhi semak-semak, pandan, dan pohon-pohon lainnya.

Jalan setapak nan jauh menjadi akses menuju spot dan biasanya pemancing menggunakan jasa porter penduduk setempat. Kondisi ikan saat itu masih mudah didapatkan. Sekitar tahun 20032004, akses jalan batu menuju ke spot sudah banyak dibuka. Di tahun yang sama, joran sambung 3 dan PE/ brided mulai diperkenalkan, dan tahun 2005 pemancing mulai banyak yang beralih/ menggunakan ke joran sambung 3 dan PE. Tahun 2008-2009, pemancing karang semakin menjamur, akses jalan yang sangat baik bahkan sudah sampai spot, dibarengi dengan semakin modernnya peralatan penunjang.

Kapan dan mengapa komunitas ini di bentuk?
Pada awalnya grup Facebook (FB) JRF dibuat sekitar tahun 2009. Nama yang dipakai saat itu adalah Komunitas Pemancing Karangan Jogja (KomPaK). Seiring berjalannya waktu, KomPaK seakan akan hidup segan mati tak mau. Dengan hanya 1 admin tersisa, di tahun 2013 kembali mencoba menggeliatkan KomPaK dan perlahan kembali ramai. Setelah berjalan kurang lebih 1.5 tahun, dan banyaknya masukan dari rekan-rekan pamancing, maka pada tanggal 29 mei 2016, KomPaK resmi berganti nama menjadi Jogja Rock Fishing (JRF).

Yang mendasari dibuatnya JRF adalah semangat kebersamaan/paseduluran dan membuat para pemancing Jogja solid (dalam berbagai hal tentunya), dan menjadi “rumah besar” bagi seluruh pemancing, terutama rock fishing, baik itu sebagai tempat silaturahmi tempat berbagi informasi maupun pengalaman. Sampai saat ini ada 55 orang anggota aktif yang berasal dari Jogja, dan sebagian lagi dari Klaten hingga Magelang, Jawa Tengah.

Apakah ciri khas dari komunitas ini?
Ciri khas dari JRF adalah dari kebersamaan dan kepedulian terhadap kelestarian spot. Sensasi mancing rock fishing sangat luar biasa, racun yang tidak ada penawarnya, bagi sebagian rekan ini adalah “ereksi terbesar kedua”. Mencoba sekali dijamin akan tahu sensasinya. JRF juga identik dengan rasa kekeluargaan yang kuat dan solid, dimana masing-masing anggota tidak hanya berteman sebatas mancing saja. Di JRF ini tidak memandang status sosial setiap anggota, kaya atau miskin semua sama berdiri sama tinggi duduk sama rendah dan tidak ada senioritas.

Begitu juga ketika ada kegiatan acara dari komunitas lain atau para pemancing secara pribadi, JRF selalu mengupayakan hadir sebagai bentuk partisipasi dan menunjukkan bahwa JRF adalah komunitas yang netral, yang friendly terhadap kelompok, organisasi atau siapapun.

Bagaimana caranya untuk bergabung?
Ada 2 keanggotaan dalam JRF. Pertama anggota grup FB, anggota ini dapat berasal dari mana saja, dan syaratnya mudah yaitu tinggal bergabung ke FB. Yang kedua member organisasi JRF, anggotanya adalah pemancing yang berdomisili di Jogja dan sekitarnya. Syaratnya seperti yang telah dituangkan dalam FB secara garis besar yaitu sehat jasmani dan rohani, mengerti teknik memancing karangan (rock fishing), membayar iuran wajib 20 ribu rupiah per bulan, dan aktif dalam setiap kegiatan JRF.

Sebenarnya bagaimana teknik mancing rock fishing itu?
Mengingat besarnya resiko dari rock fishing, maka setiap pemancing perlu mengetahui teknik sebelum terjun mancing. Ada beberapa kategori mengenai teknik, pertama teknik dasar memancing. Berikutnya teknik yang berkaitan dengan pengenalan/ karakteristik lokasi misalnya posisi aman saat strike, posisi saat menurunkan jangkar, bagaimana teknik yang tepat menaklukan target karena timing menentukan apakah ikan naik, putus terkena karang atau ngesong (masuk ke celah-celah karang). Yang kedua, memancing di karang sedikit berbeda dengan teknik mancing lainnya. Memancing di karang minimal dilakukan oleh 3 orang pemancing. Karena membutuhkan kerjasama tim, baik pada saat strike, atau ketika menaikkan ikan ke atas tebing yang tingginya bisa 15 sampai 80 meter. Selanjutnya khusus untuk spot landbase, lebih menitik-beratkan pada pengetahuan personal yang harus dimiliki pemancing mengenai karakter lokasi, pasang surut air, di samping penguasaan teknik yang sudah dijelaskan tadi.

Apa yang dilakukan rekan JRF dalam menjaga spot supaya tetap lestari?
Beberapa program yang telah dilaksanakan JRF berkaitan dengan kegiatan pelestarian spot adalah pembersihan spot-spot mancing dari sampah dan pembuatan papan peringatan kebersihan di setiap sudut (saat ini sudah terpasang di 16 titik). Kegiatan ini dimaksudkan agar setiap pemancing yang ke spot tersebut selalu menjaga kebersihan dan kenyamanan spot. Kegiatan lain adalah pembuatan lubang tancap/dudukan joran dan pembuatan gubuk semi permanen. Saat ini baru spot Mahbang Wediombo yang dilakukan perbaikan akses jalan ke spot. Kedepan kami akan agendakan penanaman pohon di beberapa spot dan penebaran benih ikan. Serta beberapa kegiatan lain demi kenyamanan memancing. Bakti sosial yang dilakukan JRF sampai saat ini seperti membantu warga memperbaiki akses jalan ke lahan pertanian, sekaligus jalan ke spot. Kepedulian lingkungan berlaku searif mungkin, memanfaatkan apa yang telah disediakan alam secara bertanggung-jawab tanpa mengubah kondisi fisik suatu lokasi tertentu.

Foto- Foto Kegiatan Komunitas Jogja Rock Fishing (JRF):

Agenda rutin apa saja yang dimiliki?
Untuk agenda mancing bersama diadakan 2 kali dalam setahun, sementara untuk agenda kumpul- kumpul rutin yaitu 3 bulan. JRF menggunakan sistem rolling tempat, wilayah Jogja Selatan, Barat, dst. Jadi setiap perwakilan wilayah mendapat kesempatan jadi tuan rumah. Ini dimaksudkan agar setiap anggota tahu dan bisa lebih mengenal lebih dekat anggota lain yang berbeda wilayah. Spot yang kerap didatangi oleh JRF yaitu spot Kesirat, Gesing, mbiting dan Panggang. Lebih ke timur lagi ada spot mahbang, ndengkeng dan Sinden, wediombo hingga Gunung Kidul. Spot dari Jogja selatan membentang dari tebing ujung Parangtritis sampai ke timur Pantai Sadeng. Jika ke timur lagi sudah masuk wilayah Wonogiri dan Pacitan.

Rock Fishing memiliki tingkat bahaya tinggi, apa saja persiapannya?
Berkaca dari kejadian beberapa saat lalu dimana beberapa rekan pemancing mengalami musibah di spot mancing rock fishing. JRF telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keselamatan pemancing dan antisipasi dini terhadap kondisi darurat, baik itu sharing pengetahuan, teknik memancing karang yang berkaitan dengan keselamatan, pertemuan dengan tim SAR dan pembekalan antisipasi jika terjadi kondisi darurat. Disisi lain, upaya informasi tentang cuaca, gelombang laut dan kondisi spot, dan lokasi mana saja yang harus dihindari pada saat tertentu melalui media sosial terus-menerus diberikan. Upaya nyata lain yang telah dilakukan adalah pemasangan pelampung ring buoy untuk beberapa spot landbase (saat ini sudah terpasang 2 titik) serta penyediaan life jacket.

Untuk spot landbase, paling ideal menggunakan ring buoy karena bila ada kejadian pemancing tersapu ombak, pertolongan pertama yang dilakukan adalah dengan melempar ring bouy. Jika korban sudah berhasil mencapai ring bouy, langkah selanjutnya adalah meminta bantuan SAR. Lebih ideal tiap pemancing mengenakan life jacket, tapi terkendala anggaran jika menyediakan dalam jumlah banyak. Pengadaan ring buoy dan dana kegiatan lain diambil sebagian besar dari kas dan dari sumbangan rekan-rekan pemancing.

Adakah hal yang paling berkesan selama trip bersama?
Hal yang berkesan dari setiap trip yang dilakukan yaitu ketika anggota JRF mendapatkan ikan oleng-oleng/ Sidat laut/ moa menjadi bahan obrolan yang tidak ada habisnya. Jenis ikan ini merupakan momok bagi para anggota JRF. Jika ada yang dapat spesies tersebut pasti jadi bahan guyonan yang sifatnya penyemangat agar mempererat rasa persaudaraan. Selain itu kesan yang paling diingat adalah saat duduk santai bersama di tebing karang, ngopi-ngopi dan mengobrol sambil tetap mengamati fosfor pada ujung joran dan menunggu suara ril yang berderik kencang.

Apa yang perlu dilakukan guna memajukan geliat olahraga mancing di Indonesia?
Yang dilakukan JRF adalah terus memberikan edukasi, informasi bagi para pegiat mancing. Indonesia adalah negara perairan yang kaya akan potensi laut. Ekosistem yang terjaga dengan baik, secara tidak langsung akan terus mangundang pegiat mancing untuk terus menggeliatkan dunia memancing di Indonesia. Harapan JRF kedepannya, supaya semakin banyak pemancing yang peduli dengan kelestarian lingkungan, kebersihan, kenyamanan spot mancing, serta yang paling utama adalah keselamatan dalam memancing. JRF dapat menjadi wadah silaturahmi, berbagi pengalaman, bersosialisasi dan menjadi ‘rumah besar’ bagi seluruh pemancing di Jogja dan daerah-daerah sekitarnya. “Guyun Rukun, uncal lan Seduluran Sak lawase”. –RPS

Bagikan:
Chat