100% NYOBOK: Menyatukan Penghoci Nyobok

100% NYOBOK: Menyatukan Penghoci Nyobok

Bagikan:

Nyobok, teknik mancing yang sejak dahulu dipraktekkan oleh para pendahulu mancing di kota Solo ini mungkin juga telah lama dipraktekkan di kota-kota lain. Namun hanya di Solo teknik ini mengakar kuat hingga mampu menyatukan para pemancing dari berbagai daerah. Pemancing dengan teknik nyobok, diharuskan memiliki pengetahuan yang cukup terhadap situasi dan kondisi medan. Tehnik yang menantang, sensasinya pada waktu strike juga berbeda, mungkin inilah alasan bagi para pecinta nyobok yang tergabung dalam 100% nyobok untuk tetap turun menginjak air. Bukan sekedar mancing nyobok, komunitas ini juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pelestarian dari skala kecil hingga skala besar. Bagaimana 100% nyobok menikmati mancing dan aktivitas mereka hingga teknik nyobok kembali populer? Simak wawancara kami dengan ketua komunitas 100% nyobok, Alexandrie Mahendro berikut ini:

Apa yang dimaksud dengan ‘nyobok’?
Berasal dari kata dasar dalam bahasa jawa ‘obok’ yang berarti memasukkan sebagian anggota tubuh di dalam air dan mendapat awalan ‘ng’ yang berarti sedang melakukan maka pemancing-pemancing di kota Solo menyebutnya dengan istilah ‘ngobok’. Namun dikarenakan pelafalan bahasa jawa yang selalu mengambil mudahnya dalam pengucapan maka sekarang banyak yang menyebut dengan kata ‘nyobok’.

Mengapa harus nyobok?
Asal muasal teknik mancing nyobok, mancing dengan berendam setinggi dada ini awal mulanya dikarenakan banyaknya spot mancing berupa danau atau rawa di sekitaran Solo yang kontur bagian dasarnya landai dan banyak ditumbuhi tumbuhan air seperti ganggang, enceng gondok dan teratai sehingga tidak memungkinkan untuk melempar umpan lumut dari tepian. yang pertama kita lakukan ialah mencari titik ideal dimana tempat ikan berkumpul. Seperti ikan nila, biasanya ada di bawah tumbuhan-tumbuhan air dengan kedalaman 1 – 1,5 meter.

Teknik ini memiliki beberapa keuntungan bagi pemancing. Dengan berendam setinggi dada, anggota badan terbebas dari gaya gravitasi sehingga badan tidak cepat lelah, selain itu bisa menciptakan sensasi kesegaran bagi tubuh. Dengan nyobok, pemancing tidak terkena sengatan matahari pada bagian tangan dan kaki. Untuk bagian kepala disarankan menggunakan buff, topi dan kacamata anti UV. Berendam di dalam air akan mengurangi dehidrasi berlebihan karena tubuh kita menyesuaikan kondisi suhu dingin air.

Dengan teknik nyobok pemancing akan lebih peka terhadap kondisi air, kapan air sedang dingin atau hangat. Ikan Nila cenderung tidak nafsu makan jika kondisi airnya dingin, biasanya di musim pancaroba. Selain itu teknik mancing ini bisa menghemat biaya sebab kita tidak perlu menyewa kapal, cukup menyewa rakit dengan ongkos sewa sekitar 5-10 ribu rupiah. masih banyak lagi alasan- alasan dan sensasi mancing dengan teknik nyobok termasuk sensasi strike ketika bertarung dengan ikan dimana posisi mata, joran, pelampung itu hampir sejajar horizontal.

Peralatan mancing seperti apa yang dibutuhkan?
Tegek. Pemakaian joran jenis tegek ini dimaksudkan agar kita bisa meletakkan umpan dengan perlahan sejauh mungkin, sehingga ikan tidak takut untuk mendekat. meletakkan umpan lumut perlahan ke air dimaksudkan supaya lumut tidak lepas dari mata kail. Dalam pemilihan tegek juga di sesuaikan dengan lokasi mancing kita.

Misalnya di tempat banyak tumbuhan air, maka kita pilih tegek yang kaku tidak terlalu panjang, kebanyakan menggunakan tegek 3 – 3.5 meter. Untuk nyobok di lokasi terbuka seperti waduk atau danau gunakan tegek dengan ukuran yang panjang, kebanyakan pemancing menggunakan tegek 4.5 – 6 meter bahkan ada yang panjangnya 7 meter. Rangkaian pancing dari bagian paling ujung ialah mata kail, kemudian timbel pemberat dengan jarak 10 cm dari mata kail yang dibentuk memanjang sekitar 3 cm dengan maksud agar lebih mudah melilitkan lumut pada mata kail. diatas timbel pemberat kemudian ada pelampung yang diapit oleh stopper karet untuk mengatur kedalaman kail. untuk benang pancing kebanyakan penyobok menggunakan monofilament dengan diameter 0.18 mm – 0.25 mm. kenapa menggunakan benang yang tipis, karena karakter makan ikan nila ialah dengan menghisap lumut, kalau menggunakan benang terlalu dikhawatirkan kail akan sulit masuk ke mulut ikan. tetapi pada akhir-akhir ini banyak pemancing menggunakan line jenis PE atau multifilament dengan ukuran 1 – 2, karena jenis line ini walaupun memiliki ukuran kecil namun memiliki kekuatan yang lebih dibanding bengan monofilament. Peralatan lain yang dibutuhkan yaitu tempat menyimpan ikan hasil pancingan (kepis), ember untuk menampung lumut yang dimodifikasi menggunakan gabus atau busa agar bisa mengapung. kepis dan ember tersebut disangkut pada tiang pancang setinggi 1.5 – 2 meter.

Apa yang melatar belakangi didirikannya komunitas ini?
Salah satu hal yang melatar-belakangi didirikannya komunitas ini ialah semakin banyaknya penghobi mancing dengan teknik nyobok di kota Solo yang masih belum mengenal media sosial sebagai wadah silaturahmi, komunikasi dan berbagi informasi, untuk itulah 100% nyobok hadir. komunitas ini didirikan pada awal tahun 2013 di kota Solo. untuk anggota di grup facebook sudah ada lebih dari 5.400 akun, tapi untuk realnya kita pernah mengadakan kopdar yang dihadiri sekitar 500-an anggota. anggota komunitas ini tersebar di seluruh wilayah di indonesia, ada di Papua, Kalimantan, Lampung dan mayoritas memang ada di Jawa serta terpusat di Solo, jawa tengah.

Apa misi bersama dari komunitas ini untuk masyarakat luas dan lingkungan?
Banyak sekali misi yang kita usung bersama, diantaranya memasyarakatkan hobi memancing yang mana saat ini generasi muda lebih cenderung rawan terjerumus narkoba. Kemudian dengan menggalakkan hobi memancing secara otomatis kita juga ikut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian habitat ikan dibanding dengan penangkapan ikan menggunakan racun dan setrum yang sudah jelas melanggar undangundang. Sementara dari kegiatan sosial yang sering diadakan komunitas ini harapannya agar bermanfaat dan bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat sekitar. Hadirnya komunitas ini juga mampu menjunjung nilai kebersamaan, salah satunya kita sering mengadakan kopdar sehingga kita tetap menjaga persaudaraan antar pemancing.

Seberapa rutin para anggota di komunitas ini melakukan kegiatan mancing?
Bisa dikatakan setiap hari ada saja yang nyobok. Karena anggota di komunitas ini berlatar-belakang usia dan jenis pekerjaan yang berbeda-beda maka hari liburnya pun juga berbeda-beda. Setiap harinya di media sosial ada saja informasi dan unggahan foto ikan atau spot dari para anggota. Spot mancing yang lebih sering menjadi lokasi para pemancing nyobok ialah waduk-waduk di sekitar Jawa Tengah seperti waduk Kedung Ombo, waduk Gajah Mungkur Wonogiri, waduk Wadas Lintang Kebumen serta spot sungai dengan target ikan mayoritas adalah Nila.

kegiatan apa saja yang pernah dilakukan dalam hal pelestarian alam?
Untuk menjaga kelestarian alam kami sudah beberapa kali melaksanakan kegiatan seperti tebar benih yaitu pada 25 dan 28 desember 2013. kegiatan tersebut merupakan tebar benih ikan nila yang pertama di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur yang dikoordinasi oleh om Dudu Widodo a.ka. Wayang Uwong.

Beberapa bulan kemudian kami kembali mengadakan tebar benih di tempat yang sama namun dengan bibit ikan yang berbeda yaitu Tombro, Gabus dan Patin. Pada 19 januari 2014 kami melakukan penebaran Nila, Patin dan Tombro di Kalimati, Sukoharjo. di awal januari 2015 kami tebar benih di Embung Sawit, Boyolali.Telah banyak kegiatan dalam menjaga kelestarian alam yang kami lakukan bekerjasama dengan beberapa komunitas mancing yang lain. Di pertengahan Januari 2016 ini kami bekerjasama dengan Karang Anyar fishing team mengadakan tebar benih di waduk Lalung, karanganyar Jawa Tengah, ditambah juga pembuatan papan pengumuman dan larangan mencari ikan menggunakan setrum dan racun.

Foto- foto kegiatan komunitas 100% Nyobok:

Bagaimana dengan kegiatan sosial bagi masyarakat?
Berbagai kegiatan sosial juga sudah menjadi agenda rutin kami diantaranya donor darah setahun sekali dan hingga kini sudah tiga kali diadakan, yaitu pada 10 oktober 2014, 6 September 2015 dan yang terakhir 13 Februari 2016 kemarin. Ada juga kegiatan amal untuk anak yatim, kegiatan bagi-bagi ikan goreng di acara Car Free Day Solo dalam rangka menyukseskan program pemerintah ‘Gemar ikan’. Kami pun pernah melakukan penanaman bibit pohon jati untuk penghijauan di wilayah sabuk hijau waduk kedung ombo.

Bagaimana cara agar komunitas ini tetap eksis dan kompak?
Dalam menjalin silaturahmi dengan komunitas mancing yang lain, kami selalu mengutus perwakilan untuk menghadiri undangan acara atau lomba-lomba yang diadakan. misalnya menghadiri kopdar Castinger Nasional di Cipule, Jawa Barat, lomba mancing pasiran di Jogjakarta, lomba Rock Fishing di Pacitan dan masih banyak lagi acara dan kegiatan yang pernah kita hadiri.

Apa harapan 100% nyobok untuk dunia pemancingan di indonesia?
Secara umum harapan kami ialah agar bisa diakuinya teknik mancing nyobok menjadi salah satu teknik memancing yang khas dari Solo serta tidak dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Sebab pada dasarnya memancing itu merupakan seni dan sensasi dari sebuah strike.

Satu kata untuk nyobok?
Wooohhh Jooosss… –RPS

Bagikan:
Chat